TKB Total adalah nilai keberhasilan penyelesaian kewajiban pembiayaan dalam jangka waktu sampai dengan 90 hari sejak jatuh tempo dibandingkan dengan total nilai penyaluran pembiayaan yang berhasil disalurkan.
TKB90 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo.
TKB60 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 60 (enam puluh) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo
TKB30 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo
TKB0 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 0 (nol) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo
Terdapat 2 jenis akad yang dipakai pada produk Invoice Financing di ALAMI:
Terdapat 5 jenis akad yang dipakai pada produk Purchase Order Financing di ALAMI:
Terdapat 5 jenis akad yang dipakai pada produk Community Based Financing di ALAMI:
Terdapat 4 jenis akad yang dipakai pada produk Supply Chain Financing di ALAMI: :
Tempat i’tikaf tentu sangat bisa memengaruhi semangat kita beribadah.
Di bulan Ramadan di mana pahala akan dilipatgandakan oleh Allah SWT ini, ada baiknya ibadah malam tersebut kita lakukan, khususnya di 10 hari terakhir. 10 hari terakhir Ramadan adalah momen di mana Allah SWT akan membebaskan hamba-hamba-Nya yang beribadah dan beramal saleh dari api neraka.
I’tikaf seperti yang telah dijelaskan di artikel yang pernah tayang yang berjudul I’tikaf Berdiam Diri di Masjid, Ketahui Hukum, Rukun dan Syarat yang Harus Dikerjakan, adalah kegiatan amal untuk berdiam diri di masjid dan melakukan kegiatan amal lainnya di dalam masjid seperti tadarus Al-Qur’an, berdzikir, berdoa, hingga qiyamulail atau shalat malam.
Sebenarnya, i’tikaf dapat dilakukan setiap saat, tetapi Rasulullah ﷺ menganjurkan, setidaknya bisa dilakukan setahun sekali, dan khususnya di bulan Ramadan. I’tikaf di bulan Ramadan adalah amal istimewa yang sangat dianjurkan, terutama di sepuluh malam terakhir. Bahkan di akhir hidupnya, Rasulullah ﷺ mulai melakukannya di dua puluh malam terakhir.
Hadis Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa i’tikaf di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan bagai beritikaf dengan beliau (Rasulullah ﷺ).
مَنِ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ
“Siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikaflah pada sepuluh malam terakhir.” (HR Ibnu Hibban).
Mengenai hukum, syarat dan tata cara i’tikaf bisa dibaca selengkapnya di artikel sebelumnya yang berjudul I’tikaf Berdiam Diri di Masjid, Ketahui Hukum, Rukun dan Syarat yang Harus Dikerjakan. Di artikel ini kita akan membahas mengenai hal lain tentang i’tikaf yang belum pernah dibahas di artikel sebelumnya.
Daftar Isi
ToggleSebagian orang masih banyak yang bertanya, apa yang dilakukan saat i’tikaf? Apakah hanya berdiam diri di masjid saja? Tentu jawabannya tidak. Berbagai kegiatan ibadah bisa kita lakukan saat i’tikaf di masjid.
Pada intinya, makna i’tikaf adalah berkhalwat (menyendiri secara spiritual) dengan Allah SWT. Hal ini merupakan kegiatan untuk menjauhi aktivitas dengan manusia untuk sejenak, dan memberikan perhatian diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Berkhalwat dengan Allah SWT dan menyendiri sejenak sangat diperlukan jika kamu ingin melakukan pengembangan spiritual. Selama melakukan i’tikaf, aktivitas yang dapat dilakukan yakni shalat wajib atau sunnah, membaca Al Quran, melakukan refleksi pribadi untuk mengevaluasi diri kita, berzikir, berdoa, belajar ilmu agama, dan lain sebagainya.
Tentu sebaiknya, hal tersebut juga diiringi dengan usaha memutus kontak dengan manusia selama beberapa saat, misalnya dengan mematikan gadget selama beberapa jam atau membatasi penggunaannya hanya untuk hal-hal yang sangat penting/punya urgensi tinggi saja selama periode i’tikaf. Berbagai keistimewaan dari itikaf ini menjadi hal yang diutamakan oleh umat muslim, termasuk salah satu upaya untuk meraih malam Lailatul Qadar.
Melaksanakan i’tikaf di dalam masjid dianjurkan di 10 hari terakhir Ramadhan. Jika anjuran seperti itu apakah berarti i’tikaf di dalam masjid dilakukan selama 10 hari berturut-turut? Lalu berapa lama i’tikaf untuk waktu yang dianjurkan?
Pendapat jumhur ulama (mayoritas) mengatakan minimal waktu i’tikaf adalah lahzhoh, yaitu hanya berdiam di masjid beberapa saat. Demikian pendapat dalam madzhab Abu Hanifah, Asy Syafi’i dan Ahmad.
Alasan jumhur ulama, sebab i’tikaf dalam bahasa Arab berarti iqomah (berdiam). Berdiam di sini bisa jadi dalam waktu lama maupun singkat. Dalam syari’at tidak ada ketetapan khusus yang membatasi waktu minimal i’tikaf.
Sehingga kesimpulannya, jika ada yang bertanya, bolehkah beri’tikaf di akhir-akhir Ramadhan hanya pada malam hari saja karena pagi harinya mesti kerja? Jawabannya, boleh. Karena syarat i’tikaf hanya berdiam walau sekejap, terserah di malam atau di siang hari.
Meski terdapat banyak keistimewaan beribadah di dalam masjid saat i’tikaf, tetapi terdapat batasan-batasan tertentu bagi orang yang ingin melakukannya. Salah satunya adalah bagi wanita. Sebab, menurut imam Syafi’i hukum i’tikaf di masjid bagi wanita adalah makruh. Beliau berlandaskan dalil pada hadis berikut:
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، فَكُنْتُ أَضْرِبُ لَهُ خِبَاءً فَيُصَلِّى الصُّبْحَ ثُمَّ يَدْخُلُهُ ، فَاسْتَأْذَنَتْ حَفْصَةُ عَائِشَةَ أَنْ تَضْرِبَ خِبَاءً فَأَذِنَتْ لَهَا ، فَضَرَبَتْ خِبَاءً ، فَلَمَّا رَأَتْهُ زَيْنَبُ ابْنَةُ جَحْشٍ ضَرَبَتْ خِبَاءً آخَرَ ، فَلَمَّا أَصْبَحَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – رَأَى الأَخْبِيَةَ فَقَالَ « مَا هَذَا » . فَأُخْبِرَ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « آلْبِرُّ تُرَوْنَ بِهِنَّ » . فَتَرَكَ الاِعْتِكَافَ ذَلِكَ الشَّهْرَ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ عَشْرًا مِنْ شَوَّالٍ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Aku mendirikan tenda untuk beliau. Kemudian beliau melaksanakan shalat Shubuh dan memasuki tenda tersebut. Hafshah meminta izin pada ‘Aisyah untuk mendirikan tenda, ‘Aisyah pun mengizinkannya. Ketika Zainab binti Jahsy melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf dalam tenda, ia meminta untuk didirikan tenda, lalu didirikanlah tenda yang lain. Ketika di Subuh hari lagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat banyak tenda, lantas beliau bertanya, “Apa ini?” Beliau lantas diberitahu dan beliau bersabda, “Apakah kebaikan yang kalian inginkan dari ini?” Beliau meninggalkan i’tikaf pada bulan ini dan beliau mengganti dengan beri’tikaf pada sepuluh hari dari bulan Syawal.” (HR. Bukhari no. 2033).
Menurut Imam Syafi’i, hadis tersebut menunjukkan bahwa wanita dimakruhkan beri’tikaf kecuali di masjid rumahnya. Alasannya, jika wanita i’tikaf di masjid umum, banyak nantinya yang melihat wanita tersebut. Pendapat ini didukung juga oleh madzhab Hambali dan Maliki.
Sedangkan ulama Hanafiyah menyaratkan i’tikaf wanita di masjid rumahnya, dan ini hanya dibolehkan oleh madzhab Hanafiyah. Menurut ulama Hanafiyah, jika laki-laki melakukan berkhalwat dengan Allah SWT secara spiritual di rumah, hal tersebut tidak bisa dianggap sebagai i’tikaf karena mereka wajib melakukannya di masjid, namun jika wanita yang melakukannya, hal tersebut valid untuk dianggap sebagai i’tikaf. Menurut ulama Hanafiyah pula, wanita masih boleh i’tikaf di masjid namun bersama suaminya.
Untuk wanita yang ingin melakukan i’tikaf di rumah, madzhab Hanafi menyebutkan bahwa mereka cukup menentukan area ruangan i’tikaf di rumahnya, dan kemudian menyebutkan niat “nawaitu i’tikaf, wa haadzaa masjidi” (aku berniat untuk i’tikaf, dan ini adalah masjidku) ketika memulai/memasuki area ruangan i’tikaf yang ditentukan. Untuk keterangan lebih lanjut tentang hal ini, kamu bisa melihatnya di video ini.
Dalam i’tikaf mutlak, jika seseorang keluar dari masjid tanpa maksud kembali, kemudian kembali, maka ia harus berniat lagi. I’tikaf keduanya dianggap sebagai i’tikaf baru. Berbeda halnya jika ia berniat kembali, baik kembalinya ke masjid semula maupun ke masjid lain, maka niat sebelumnya tidak batal dan tidak perlu niat baru.
Adapun ada 9 hal lainnya yang bisa membatalkan i’tikaf:
1. Berhubungan suami-istri
2. Mengeluarkan sperma
3. Mabuk yang disengaja
4. Murtad
5. Haid, selama waktu i’tikaf cukup dalam masa suci biasanya
6. Nifas
7. Keluar tanpa alasan
8. Keluar untuk memenuhi kewajiban yang bisa ditunda
9. Keluar disertai alasan hingga beberapa kali, padahal keluarnya karena keinginan sendiri.
Kapan pun di antara kesembilan perkara itu menimpa seseorang yang beri’tikaf maka batal i’tikafnya. Maka batal pula kelangsungan dan kelanggengan i’tikaf yang terikat dengan waktu yang berturut-turut. Bagi seseorang harus mengawalinya dari awal, meskipun i’tikaf yang telah dilakukannya bernilai pahala selama yang membatalkannya bukan murtad.
Setiap amalan dan ibadah di bulan Ramadhan akan berlipat ganda pahalanya, begitu pun dengan melaksanakan i’tikaf di masjid. Pahala yang melimpah akan didapatkan bagi siapa pun yang melaksanakan. Ada pun berikut pahala yang akan dituai dari melaksanakan i’tikaf di Masjid.
Orang yang melakukan i’tikaf di masjid saat bulan Ramadhan, untuk melengkapi ibadahnya yang lain seperti puasa dan shalat tarawih, serta menjalankannya dengan niat hanya karena Allah berdasarkan keutamaan ikhlas dalam Islam, maka akan mendapat kebaikan dan ampunan dosa. Hal ini seperti hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma.
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada orang yang beri’tikaf, “Dia menahan dosa-dosa dan dialirkan baginya kebaikan sebagaimana orang yang melakukan kebaikan semuanya.”
I’tikaf artinya ialah berdiam diri untuk merenungi keburukan yang dimiliki untuk bertaubat, berdzikir untuk memuji Allah, serta berdiam untuk mengharap keberkahan di kehidupan akhirat dan memohon diterimanya semua amal selama bulan Ramadhan yang telah dilakukan. Jika dilaksanakan dengan kesungguhan hanya mengharap ridha Allah, baginya akan dijauhkan dari siksa neraka bagi wanita maupun siksa neraka bagi laki laki.
Hal ini juga diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anha, dia berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa beri’tikaf sehari mengharap wajah Allah, maka Allah jadikan antara dia dengan neraka tiga parit yang lebih jauh di antara timur dan barat.”
Diriwayatkan Dailami dari Aisyah radhiallahu’anha sesungguhnya Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang beri’tikaf dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala), maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.”
Ibadah bulan puasa tentu akan lebih lengkap jika dijalani dengan keikhlasan dan taubat yang terdalam, dan i’tikaf akan menyempurnakan rangkaian ibadah puasa yang dilakukan dan memberi kebaikan di masa mendatang. I’tikaf akan memberikan rasa tenang sehingga orang tersebut mampu menahan emosi saat puasa.
Sungguh luar biasa pahala i’tikaf yang dilakukan di bulan Ramadhan, pahala besar akan didapat yakni pahala seperti beribadah haji dan umrah. Meski ibadahnya tidak bisa menggantikan ibadah haji yang merupakan bagian dari rukun iman.
Bagaimana cara mendapatkannya?
Jika seorang melakukan ibadah sholat subuh berjamaah, kemudian berdiam diri di masjid hingga terbit matahari dengan tanpa putus melakukan dzikir, maka ia mendapatkan pahala sempurna dari amal ibadah haji dan umrah.
Rasulullah sejak dahulu selama bulan Ramadhan selalu melakukan i’tikaf dan diikuti oleh istri istrinya sepeninggal beliau. Keutamaan i’tikaf di bulan Ramadan yang dilakukan oleh Rasulullah tersebut wajib diteladani oleh kita semua sebagai umatnya.
Selain itu, hal tersebut telah dicontohkan dan disunnahkan oleh Rasulullah, maka bagi siapa saja yang mengikuti sunnah Rasulullah tentu mendapat pahala karena telah menjalankan syariat agama Islam yang juga dibuat oleh Allah. Orang tersebut akan diakui sebagai pengikut Rasulullah dan mendapat petunjuk serta jalan yang lurus.
I’tikaf artinya berdiam diri, melupakan hal-hal duniawi dan hanya mengingat Allah, dalam kondisi mendekat kepada Allah, tentu Allah juga akan mendekat kepadanya, sehingga ia mendapatkan kenikmatan lahir dan batin.
Umumnya orang-orang akan rajin menjalankan ibadah hanya ketika di awal puasa saja, di pertengahan mereka akan malas dan kembali rajin di akhir Ramadhan menjelang hari raya Idul Fitri, sedangkan orang yang beri’tikaf menunjukkan bahwa ia mampu bersabar dan mengerjakan amal ibadah dengan istiqomah sehingga ia pun mendapat pahala yang luar biasa karena ketekunannya.
Tidaklah seseorang di antara kalian duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, melainkan para malaikat akan mendoakannya. Ketika I’tikaf tentu akan berdiam diri di masjid, hal itu sama saja menunggu hingga waktu shalat tiba, dan menunggu waktu shalat terlebih di bulan Ramadhan juga memiliki pahala yang sangat mulia.
Orang yang ber i’tikaf akan memohon kepada Allah untuk mendapatkan keberkahan di bulan Ramadhan, sehingga apapun yang dilakukan akan mendapat petunjuk dan ia mendapat kemudahan untuk melakukan segala amal kebaikan lain, hal itu terjadi karena ia memiliki niat yang sungguh-sungguh untuk menata diri dan berbuat baik serta menunjukkan dan mengusahakannya langsung di hadapan Allah SWT.
I’tikaf merupakan bentuk bersyukur kepada Allah SWT karena masih diberi waktu untuk bertemu bulan Ramadhan dan masih diberi kesempatan untuk menjalankan ibadah. Hal itu merupakan ibadah pula sebab Allah menyukai hamba-Nya yang bersyukur dan akan terus menambah nikmat untuk hamba-Nya tersebut, sehingga ia akan terus mendapat keberkahan dan ketenangan hidup serta jauh dari sifat kufur.
I’tikaf ialah berdiam diri untuk mengisi waktu dengan mendekat dan menyebut asma Allah, tentu hal demikian jauh lebih bermanfaat karena berlalu dengan tercatatkan pahala untuknya daripada ia tidak melakukan apapun atau melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Ia akan mendapat pahala berupa kenikmatan hati karena memiliki waktu yang terisi dengan amal ibadah.
I’tikaf di masjid tentu akan menunggu waktu shalat disertai dengan melakukan shalat berjamaah, hal itu akan mendapatkan pahala yang berlipat lipat di mana orang yang melakukan shalat berjamaah di bulan Ramadhan dijamin pahala yang jauh lebih besar serta mendapat rasa khusyu’ yang lebih dalam beribadah. Tentu ia akan memiliki kebahagiaan dalam menjalani ibadah Ramadhan.
I’tikaf mengajarkan tentang kesederhanaan dan rasa pasrah, ketika menjalankan ibadah tersebut, ia akan berdiam diri dan merenung, sehingga ia akan menyadari arti kehidupan dan jauh dari segala bentuk ketamakan duniawi. Ia pun menjadi seseorang yang semakin dekat dengan Allah dan semakin berkurang ketamakannya terhadap hal-hal duniawi.
Menjalankan ibadah i’tikaf termasuk di dalamnya terdapat juga pahala mengunjungi masjid, karena ia rutin berada di masjid dan menggantungkan hidupnya di sana. Ia menjadi seseorang yang mencintai masjid dan merawatnya sehingga bertambah lagi kebaikan untuknya.
I’tikaf yang dilakukan terutama di 10 hari menjelang Ramadhan berakhir di mana di hari-hari tersebut terdapat malam yang mulia yang lebih baik dari seribu bulan, orang yang beri’tikaf juga tentunya mengharap kenikmatan di malam Lailatul Qadar dan mendapat pahala darinya.
I’tikaf atau berdiam diri bisa dilakukan seorang diri. Namun, bagi seseorang yang sudah berkeluarga bisa membawa anggota keluarganya untuk beri’tikaf bersama di masjid. Hal ini sesuai dengan ketentuan beri’tikaf bagi anggota keluarga wanita, yakni harus beri’tikaf bersama suami, atau keluarganya. Berikut ini rekomendasi masjid Jabodetabek dan Bandung yang nyaman dan aman untuk beri’tikaf.
Masjid Istiqlal dapat menampung banyak jemaah sehingga membuat nyaman dan leluasa. Masjid ini berada di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat. Selain karena masjid ini luas yang membuat nyaman, di sana tersedia kudapan untuk berbuka puasa dan sahur secara gratis. Kamu bisa menghabiskan waktu dengan lebih fokus beribadah.
Masjid Sunda Kelapa tidak seluas Masjid Istiqlal, namun di sana kamu juga akan merasakan kenyamanan saat beri’tikaf di masjid ini. Udaranya yang sejuk dan jumlah toiletnya yang banyak menjadi nilai plus masjid ini. Agenda beri’tikaf di masjid ini dimulai dari shalat Tarawih dan ceramah, kemudian dilanjutkan dengan tadarus Al-Quran, qiyamullail, muhasabah, dan ditutup dengan sahur bersama.
Masjid An-Nahl berada di kompleks The Icon BSD City, Tangerang Selatan. Masjid ini biasanya membuka kegiatan i’tikaf selama satu bulan penuh selama Ramadhan. Terdapat beberapa kegiatan, di antaranya tarawih berjemaah, tahajud, bimbingan belajar Al-Quran, serta kajian tafsir ayat-ayat Al-Quran.
Masjid An-Nahl juga menyediakan fasilitas ruangan ber-AC, lingkungan yang bersih, makanan sahur, berbuka puasa gratis, akses Wi-Fi 24 jam, dan laundry gratis. Bagi yang ingin menjalani i’tikaf di kawasan Tangerang Selatan ini bisa melakukan pendaftaran terlebih dahulu.
Masjid Raya Bandung terletak di pusat kota sehingga sangat strategis untuk didatangi jemaah untuk melakukan i’tikaf. Panitia masjid juga menyiapkan makanan sahur untuk jemaah. Masjid ini sudah rutin menyiapkan kegiatan i’tikaf pada bulan Ramadhan. Ribuan orang biasanya selalu memadati masjid ini untuk beribadah pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Masjid Agung Limo atau Masjid Dian Al-Mahri dikenal juga dengan nama Masjid Kubah Emas adalah sebuah masjid agung yang dibangun di tepi Jalan Raya Meruyung, Depok, Jawa Barat. Masjid ini juga menjadi tempat wisata religi bagi para musafir.
Kompleks masjid ini juga menjadi kawasan wisata keluarga dan menarik perhatian banyak orang karena kubah-kubahnya yang dibuat dari emas. Selain itu karena luasnya area yang ada dan bebas diakses untuk umum, sehingga tempat ini sering menjadi tujuan liburan keluarga atau hanya sekedar dijadikan tempat beristirahat.
Masjid Az-Zikra yang berada di kawasan Sentul City, Bogor, sangat memfasilitasi untuk kegiatan I’tikaf. Dan bagi yang sudah memiliki keluarga, masjid ini sangat nyaman sekali untuk beri’tikaf bersama keluarga.
Masjidnya besar dan terbuka, jauh dari keramaian. Banyak penghijauan, banyak kebun-kebun di sekitarnya sehingga memnbuat suasana menjadi lebih sejuk dan asri. Di saat Ramadhan banyak booth-booth makanan yang menyediakan berbagai macam makanan untuk berbuka maupun sahur.
Kegiatan i’tikafnya cukup padat, setelah shalat subuh ada ceramah, pengajian Al Qur’an sampai Dhuha. Ba’da Ashar dilanjut kajian umum dan iftar bersama. Setelah shalat Isya dan Tarawih, tengah malam tahajud bersama sampai menjelang sahur.
Seperti masjid lainnya, masjid Agung Al-Azhar juga kerap dipadati oleh jamaah yang beri’tikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan. Cukup hening dari suara jalanan Jakarta, kalau melakukan i’tikaf di sini, kamu bisa merasakan suasana yang tenang dan nyaman, sehingga akan lebih khusyuk dalam beribadah. I’tikaf di masjid yang berlokasi di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan atau tepatnya berada di kompleks Universitas Al Azhar Indonesia (UAI). Beberapa aktivitas i’tikaf, selain tadarus Al Quran, shalat tarawih, di sini juga diisi dengan tausiyah, kajian, dan tanya jawab dengan para ustadz dan sederet tokoh masyarakat.
Masjid Salman ITB rutin mengadakan program i’tikaf tiap tahunnya dan dimulai pada tanggal 21 Ramadhan hingga 30 Ramadhan. Biasanya panitia masjid membuka pendaftaran i’tikaf secara online. Dengan infak Rp 10 ribu/hari, kamu sudah bisa mendapat fasilitas KIT untuk menunjang kegiatan i’tikaf, seperti makan sahur dan berbuka, laundry, Qiyamul Lail berjamaah, kuliah subuh, kajian tafsir di waktu Dhuha, tahsin sore hari, tempat nyaman untuk beribadah, dan kamar mandi yang bersih. Tersedia pula lahan parkir, dan Kids Zone bagi yang membawa anak.
Masjid yang berlokasi di Jalan Terusan Professor Doktor Sutami, Sukasari, Kota Bandung ini memang terkenal dengan semarak kegiatan Ramadhan. Dari mulai menyediakan menu berbuka plus makanan berat bagi jama’ahnya. Ada pula kegiatan tausiyah yang diisi oleh banyak da’i dan ustadz kondang di Bandung. Tak ketinggalan juga shalat Qiyamul Lail berjamaah dengan imam-imam bersuara merdu. Rangkaian kegiatan i’tikaf tersebut dimulai pukul 01.00-03.00 WIB, dan dilanjut dengan sahur bersama.
Demikian serangkaian informasi mengenai i’tikaf di masjid saat bulan Ramadhan. Semoga bisa melengkapi ibadah puasamu di Ramadhan tahun ini.
Download juga aplikasi Peert to Peer Funding Syariah dari ALAMI sebagai tempat untuk mengembangakan keuangan dan asetmu. Dapatkan ujrah atau imbal hasil setara dengan 14-16% pa. Dapatkan aplikasinya di