TKB Total adalah nilai keberhasilan penyelesaian kewajiban pembiayaan dalam jangka waktu sampai dengan 90 hari sejak jatuh tempo dibandingkan dengan total nilai penyaluran pembiayaan yang berhasil disalurkan.
TKB90
TKB90 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo.
TKB60
TKB60 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 60 (enam puluh) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo
TKB30
TKB30 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo
TKB0
TKB0 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 0 (nol) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo
Bagi setiap pekerja atau karyawan yang mendapatkan gaji setiap bulannya, pasti sudah harus merencanakan berapa jumlah pengeluaran dan berapa jumlah uang yang harus ditabung. Namun, terkadang ada beberapa pengeluaran kecil yang sering dilakukan setiap hari, sehingga tak menyadarinya jika jumlah uang yang dihabiskan justru besar. Jika kamu sering merasakan hal seperti ini, patut diwaspadai. Artinya kamu sedang dalam siklus latte factor.
Dari namanya, latte factor seperti nama jenis minuman kopi, coffee latte. Tapi tentu artinya berbeda serta jauh dari dunia perkopian. Latte factor merupakan istilah untuk berbagai pengeluaran kecil yang kurang penting, tetapi rutin dilakukan, seperti membeli kopi susu setiap hari, membeli air kemasan, belanja online atau bahkan pesan makanan melalui aplikasi. Pengeluaran ini memang seperti dianggap sepele karena melihat nilai barang yang dibeli harganya terbilang kecil. Tapi jika dikumpulkan setiap hari makan hasilnya akan besar juga. Sebetulnya, pengeluaran kecil sehari-hari ini dapat kamu siasati. Namun, karena sudah jadi kebiasaan, jadi cukup sulit dihilangkan.
Kenapa istilah ini dihubungkan dengan jenis minuman kopi latte?
Minum kopi susu atau latte merupakan sesuatu yang sudah dianggap menjadi kebiasaan harian yang dikonsumsi oleh banyak orang, terutama kaum pekerja. Membeli kopi susu di kafe-kafe atau kedai memang harganya murah. Misalnya satu gelas kopi susu harganya Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu.
Tapi jika setiap hari membeli kopi susu, apalagi ditambah nongkrong di kafe atau kedai maka uangmu akan terkuras Rp 140 ribu dalam seminggu. Dalam setahun, kamu menghabiskan uang sekitar Rp 7,3 Juta. Ini baru kopi susu, belum pengeluaran lainnya. Jika dihitung-hitung ternyata besar juga. Padahal dengan uang Rp 7,3 juta itu kamu bisa menabung, atau diinvestasikan dan nilai uangmu akan bertambah setiap waktunya.
Latte Factor Menjangkiti Millennial
Ternyata latte factor ini banyak menjangkiti kaum milenial saat ini, di mana mereka adalah kaum-kaum produktif yang mudah sekali mencari penghasilan. Tetapi, tak sanggup untuk membeli kebutuhan primer di masa depan, misalnya rumah. Generasi milenial mudah terjangkit latte factor disebabkan generasi ini sudah terbiasa dengan teknologi serta kemudahan-kemudahan pembayaran secara online. Kebiasaan inilah yang akhirnya menjadikan generasi milenial lebih gampang mengeluarkan uang.
Dikutip dari Tirto.id, Psikolog Ajeng Raviando mengatakan, latte factor di kalangan milenial terjadi karena beberapa alasan. Bisa jadi karena kebiasaan, bisa juga karena impulsive buying atau karena tekanan dari lingkungan. Jika setiap pagi seseorang membeli kopi di kedai kopi dekat kantor, maka secara tidak sadar ia akan selalu mampir ke kedai tersebut tanpa berpikir panjang lagi. Atau ketika teman-teman sebayanya mengajak untuk nongkrong di coffee shop mahal, maka ia akan mengikuti demi menjaga pertemanan.
Latte Factor Menurut Pandangan Islam
Di dalam Al-Qur’an sendiri, Islam mengajarkan untuk berhemat. Latte Factor merupakan salah satu sikap boros, dan menurut Al-Qur’an sikap boros merupakan salah satu sikap mengingkari Tuhan. Hal ini sesuai dengan kutipan ayat Al-Qur’an Al-Isra ayat 27.
“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya,”.
Nah, dalam Islam pun sudah jelas, bagaimana sikap boros itu sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
Mengatasi Latte Factor
Cara untuk mengatasi latte factor yang paling mudah adalah menyisihkan terlebih dahulu pendapatan per bulan. Dengan cara ini kamu bisa meminimalisir pengeluaran yang tak terduga setiap bulannya. Selain itu, hal ini bisa jadi poin plus juga karena hitung-hitung kamu sekalian menabung untuk investasi di masa depan. Siapa tahu suatu hari kamu akan butuh uangnya untuk kebutuhan yang urgen.
Adapun cara lain untuk mengatasi latte factor adalah dengan bertanya kepada diri sendiri. Saat kamu akan membeli suatu barang, apakah kamu benar-benar membutuhkan barang tersebut, atau hanya memuaskan diri sesaat saja? Pastikan barang yang kamu beli ini benar-benar dibutuhkan untuk keseharian kamu. Meski saat ini ada istilah ‘self-reward’ memberikan penghargaan terhadap diri sendiri dengan memanjakan membeli apa pun yang kamu mau.Tapi perlu diingat ‘self-reward’ secara berlebihan justru bukan untuk memanjakan diri di masa mendatang.
Ada beberapa hal kecil yang bisa kamu hindari agar latte factor ini tak terjadi di dalam hidup kamu.
1. Kurangi Beli Kopi di Kedai atau Kafe
Memang nongkrong atau berkumpul di kafe dan kedai bersama teman-teman adalah suatu kegiatan yang bisa melepas penat di kala selesai pekerjaan. Tapi usahakan jangan dilakukan setiap hari. Boleh saja kamu membeli kopi susu di kedai, misalnya dua minggu sekali. Meski saat ini kedai-kedai kopi sedang dibatasi karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sehingga nongkrong di kedai atau kafe agak sedikit berkurang.
Misalnya disimulasikan, kamu membeli kopi di kedai setiap harinya dengan harga Rp 30.000. Jika hal tersebut dilakukan setiap hari maka pengeluaranmu untuk membeli kopi di kedai dalam satu bulan Rp 900.000. Jika diakumulasikan selama satu tahun maka pengeluaranmu untuk membeli kopi adalah Rp 10.800.000, dalam waktu 10 tahun pengeluaran untuk minum kopi akan menjadi Rp 108.000.000.
Namun, uang senilai Rp 900.000 per bulan ditabung atau diinvestasikan, dalam jangka 10 tahun bisa menjadi Rp 396.881.629. Jumlah tersebut cukup untuk membeli satu unit apartemen!
2. Usahakan Masak Makanan Sendiri
Memang adanya aplikasi online pembelian makanan memudahkan kita untuk membeli makanan dengan cepat. Apalagi kamu tidak perlu ke tempat restorannya, cukup diantar oleh abang-abang ojek online. Ditambah ada diskon restoran hingga gratis ongkir, membuat kamu terlena.
Usahakan memasak sendiri makananmu, kamu cukup membeli bahan makanan dalam seminggu, lalu bisa dimasak setiap hari. Apalagi saat ini sedang diberlakukan PPKM, sebagian besar karyawan kantoran bekerja dari rumah. Banyak waktu di rumah untuk memasak makanan mulai dari sarapan, makan siang hingga makan malam.
3. Kurangi Belanja Online
Seperti yang disebutkan di atas, kalangan milenial dimudahkan dengan kecanggihan teknologi. Secara tak sadar berbagai aplikasi belanja online terinstal di handphone-masing-masing.
Mungkin ada beberapa di antara kamu yang di kala senggang membuka aplikasi belanja online, kemudian melihat barang-barang yang terlihat cantik, ditambah dengan harganya yang sedang ada diskon. Tak sadar kamu memasukkannya ke dalam kantung belanja online. Hal inilah yang sering tidak disadari oleh kalangan milenial.
4. Alokasikan Anggaran Hiburan
Untuk memastikan keuanganmu tidak bocor, kamu bisa melakukan alokasi anggaran hiburan yang terpisah dengan anggaran utama kebutuhan makanmu. Misalnya, kamu menganggarkan untuk membeli kopi dan kebutuhan sosial dan hiburan lainnya sepanjang seluruh bulan maksimal hanya boleh 5-10% dari penghasilanmu selama sebulan. Sehingga, kamu bisa melakukan keinginanmu namun tetap terkontrol.
Itulah penjelasan mengenai latte factor dan bagaimana cara mengatasinya secara sederhana. Semoga artikel ini bisa menginspirasi kamu agar bisa berhemat lagi. Namun, hemat saja tidak cukup bisa merdeka finansial di hari tua, perlu menabung dan investasi.
Salah satu cara yang kamu bisa lakukan adalah mengembangkan keuanganmu lebih berguna lagi, yakni ikut pendanaan di Peer to peer lending Syariah ALAMI.
Dapatkan ujrah atau imbal hasil dari pendanaan kamu terhadap UMKM di Indonesia setara hingga 14% – 16% p.a.ALAMI menyediakan pendanaan secara syariah yang kemudian disalurkan kepada UMKM yang sedang berkembang di Indonesia. Karena berbasis syariah maka return yang didapat berdasarkan imbal hasil dari pendanaan investor atau funder. Tertarik untuk ikut pendanaan di ALAMI? Ayo segera ikut pendanaannya dan segera download aplikasinya di
Berdasarkan terbitnya kebijakan pajak pada PMK 136/2023 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.03/2022 Tentang Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, Wajib Pajak Badan, dan Wajib...
Yay, kini ALAMI Android Mobile App sudah punya beberapa fitur terbaru! Fitur terbaru ini nantinya bisa memudahkan kamu dalam melakukan proses chip in, hingga mengetahui portofolio apa saja yang sudah...
Situs keuangan boleh mendefinisikan kemerdekaan finansial dari kacamata mereka, tapi apa arti kemerdekaan finansial seorang Muslim? Arti kemerdekaan finansial seorang Muslim yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa melaksanakan semua kewajiban...
“Kebanyakan pasangan sebenarnya tidak butuh konselor pernikahan, tapi butuh penasihat keuangan,” begitu keyakinan dari David Bach, penulis lebih dari 10 buku keuangan (beberapa termasuk dalam New York Times Bestseller List)...
Bagaimana sikap istri ketika bisnis suami mengalami penurunan dan tabungan keluarga harus terkuras habis? Apa sebenarnya peranan seorang istri dalam mengatur keuangan keluarga? Prinsip apa saja yang membuat seorang istri...
Bagi pengguna layanan fintech, kenyamanan yang didapatkan saat melakukan transaksi investasi online sangat penting. Aspek user experience sangat perlu diperhatikan. Bagaimana ALAMI memberikan kenyamanan transaksi investasi syariah online untuk penggunanya?...