Perang Badar

Hikmah dan Pelajaran Penting yang Bisa Diambil dari Semangat Perang Badar untuk Hidupmu

Di bulan Ramadhan ini ada sejarah umat Islam yang tak boleh dilupakan sama sekali. Seperti yang telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya, Ibadah dan Hari Penting Selama Ramadhan, terdapat hari-hari penting bagi umat Islam di bulan Ramadhan. Salah satu hari penting dan bersejarah itu adalah perang Badar. 

Perang Badar terjadi pada tahun 2 Hijriah, tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan atau 17 Maret 624 M. Perang ini merupakan perang dahsyat yang dialami oleh kaum muslimin melawan pasukan kafir Quraisy. Perang terjadi di lembah Badar, suatu daerah antara kota Mekkah dan kota Madinah. Dalam perang ini pasukan kaum muslimin hanya sekitar 300-an orang sementara pasukan kafir Quraisy mencapai 1000 orang pasukan. Namun kemenangan ada di pihak kaum muslimin. 

Oh iya, meskipun kita bisa memetik hikmah dari perang Badar ini, bukan berarti kita sebagai umat Islam lebih suka berperang daripada perdamaian. Namun di sini, yang akan kita bahas adalah semangat Perang Badar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Hikmah dan Nilai Perjuangan Perang Badar

  1. Kekuatan Doa Mengubah yang Tak Mungkin Menjadi Mungkin

Perang ini juga termasuk dalam perang pertama yang dipimpin Rasulullah . Dalam perang Badar, beliau harus memadukan upaya lahiriah dan juga batiniyah secara sempurna pada pertempuran ini. Berbagai macam jenis strategi yang sekiranya menguntungkan bagi umat muslim telah dilakukan oleh Baginda Nabi

Namun, meskipun demikian, Rasulullah mempunyai rasa bahwa usaha saja tidak akan cukup untuk dapat memenangkan semua ini, karena secara logika, jumlah pasukan Quraisy jauh melebihi pasukan muslim. Jumlah 300 vs. 1000 ini jelas bukanlah jumlah yang seimbang. Oleh karenanya, sebelum melakukan peperangan, Nabi tak hentinya meminta dan berdoa kepada Allah untuk memberikan kemenangan pada kubu umat Islam. Beliau khawatir, dakwah Islam akan terhambat secara signifikan, jika terjadi kekalahan besar kaum muslim di Perang Badar. 

Akhirnya doa Nabi dikabulkan oleh Allah. Pada akhir pertempuran, umat muslim berhasil memenangkan pertempuran.

Kemudian beliau berdoa dengan air mata yang bercucuran dan juga tangan yang menengadah gemetaran. Karena hanya doalah yang mampu menjadi senjata paling ampuh dan mujarab bagi orang-orang mukmin. Allah Maha Mengabulkan Doa, meskipun pasukan muslim lebih sedikit, atas izin Allah, Nabi Muhammad dan pasukannya menang melawan musuh yang jumlahnya 3 kali lipat dari pasukan kaum muslimin. 

Dari sini hikmah yang kita bisa petik adalah, dengan berdoa yang tulus kepada Allah Ta’ala segala sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin terjadi, bisa saja terjadi atas izin-Nya. Kuncinya, pastikan bahwa setiap doa kita mempunyai tujuan yang lebih besar lagi, seperti Rasulullah yang memohon kemenangan Perang Badar agar laju dakwah bisa terus berjalan. 

Jika di Ramadan kali ini kamu punya target atau tujuan, misalnya dalam keuangan, untuk tujuan yang besar seperti melaksanakan ibadah haji, yang kelihatannya masih terlihat sulit dicapai, yuk coba bicarakan kebingunganmu kepada Allah Ta’ala, karena Dia bisa memberikanmu jalan keluar dan solusi yang tidak terpikirkan sebelumnya. 

  1. Tawakal

Namun selain berdoa yang bersungguh-sungguh, tawakal kepada Allah adalah salah satu kunci keberhasilan dalam meraih impian dan cita-cita. Dalam perang Badar, Nabi mengatur barisan tentara kaum muslimin dan mengobarkan semangat jihad mereka. Tidak hanya itu, selain usaha zahir, beliau juga tetap berdoa dengan sungguh-sungguh agar diberi kemenangan. Hasilnya, pasukan Muslim memenangkan perang besar itu. Inilah balasan bagi hamba-hamba-Nya yang bertawakkal. Mengimbangi amal dengan keyakinan yang besar terhadap kekuasaan Allah. Beramal tanpa doa adalah sombong, berdoa saja tanpa bertindak sama saja bohong.

Rasulullah ﷺ bersabda 

Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah memberimu rezeki.” (HR. Ahmad).

Salah satu hikmah yang bisa kita petik dalam perjuangan perang Badar adalah tawakkal, meyakini pertolongan Allah pasti akan datang. Dengan dasar iman yang kita miliki, kita meyakini tawakkal adalah salah satu pembuka pintu rezeki. Sederhana, orang yang bertawakkal akan fokus dan berusaha maksimal pada aspek lazim yang dapat  dilakukan. 

Misalnya, mengunci pintu adalah hal lazim yang bisa dilakukan oleh siapa pun untuk menghindari pencuri masuk rumah, tetapi tidak tidur semalaman untuk menjaga agar rumah tidak kemasukan pencuri adalah di luar kemampuan yang lazim dilakukan manusia.

Sama halnya dengan mengatur keuangan merupakan proses awal tawakkal. Setelah berikhtiar maksimal dengan membuat perencanaan atau mengatur keuangan, kemudian kita menyerahkannya kepada Allah SWT. Dengan ikhtiar maksimal kita tidak akan pernah rugi, meskipun hasilnya tidak sesuai yang kita harapkan.

Kita telah berikhtiar maksimal, rajin mengatur keuangan dengan menabung untuk membeli rumah. Tetapi ternyata hingga waktu yang telah ditargetkan, tiba-tiba uang tersebut harus terpakai untuk pengobatan anggota keluarga. Kita tak perlu kecewa atas keinginan yang tidak tercapai. Justru kita harus bersyukur dengan menabung kita bisa membantu anggota keluarga dari kesusahan, dan kemudian meyakini diri sendiri bahwa semua pengeluaran untuk membantu keluarga akan kembali kepada kita berlipat-lipat dari Allah. Jadi, mengatur keuangan dengan istiqomah adalah salah satu bentuk tawakkal untuk membuka pintu rezeki dari Allah SWT. 

Demikian ikhtiar maksimal tidak akan pernah rugi, meskipun manfaat langsungnya bukan kita sendiri yang menerima. Tetapi paling tidak dengan ikhtiar maksimal dengan niat karena Allah SWT akan menerima pahala dan balasan dari-Nya.

  1. Meluruskan dan Juga Membaguskan Niat

Tanpa niat yang lurus dan bagus, semua amal dan pekerjaan itu tidak akan berkah. Seperti halnya dalam hikmah Perang Badar ini, Allah SWT telah menjanjikan dua hal yakni perang yang menghasilkan kemenangan atau harta. Padahal pada saat itu juga, Rasulullah dan bala tentaranya tidak ingin ada peperangan. Siapa sih yang nggak takut untuk perang?

Namun, perang tak bisa dihindari dan sudah menjadi perintah serta ketetapan Allah SWT. Selain itu juga, perang tersebut juga merupakan hal yang benar guna mempertahankan ajaran Islam. Karena Nabi Muhammad percaya bahwa pertolongan Allah itu ada, meskipun dengan pasukan yang sedikit, beliau tetap berani maju melawan pasukan kafir Quraisy.

Nah, karena mereka percaya dengan semua ketentuan yang akan terjadi kepadanya adalah termasuk Qadha dan juga Qadharnya Allah, maka kemenangan untuk kaum muslimin. Hal itu juga mampu meninggikan derajat para kaum muslimin.

  1. Jangan Merasa Cukup dengan Amal yang Kita Lakukan Meskipun Banyak

Yang menggagalkan seseorang untuk beramal adalah ketika melihat amalnya sudah banyak. Yang menjadikan seseorang malas untuk beramal adalah ketika melihat amalnya sia-sia. Maka dari itu jangan ragu untuk beramal, sebab setan menipu daya manusia dengan berkata untuk apa kamu beramal, amalmu sudah banyak. 

Perang Badar memberikan kita contoh kesungguhan dalam beramal dan tidak merasa cukup dalam beramal. Strategi waktu itu satu unta digilir lebih dari satu orang. Sebanyak 3- 4 orang bertukar karena berjalan di padang pasir yang sangat panas. Perang Badar juga dilakukan saat berpuasa. Jika seseorang ingin mencapai derajat yang tinggi, maka bersusah-susahlah dalam beramal. 

Hikmah tak pernah cepat puas atau cukup pun bisa diterapkan dalam perencanaan keuangan. Kebanyakan orang biasanya selalu terjebak cepat puas jika tujuannya sudah tercapai. Misalnya, seseorang yang sudah lama merencanakan atau menabung untuk membeli mobil, lalu impiannya tercapai dengan membeli mobil. Namun, setelah memiliki mobil ia tidak lagi menabung atau merencanakan keuangan untuk masa-masa berikutnya. Artinya merencanakan keuangan tidak bisa berhenti pada satu titik saja. Merencanakan keuangan harus terus berlanjut secara istiqomah atau konsisten.

  1. Solidaritas

Saat perang Badar terjadi, kaum muslimin bergantian naik unta sebagai tunggangan berperang. Pertama Nabi yang naik. Setelah itu Nabi turun dan meminta yang lain naik, namun yang lain menyerahkan untuk Nabi. Mereka lebih mengutamakan Nabi daripada diri mereka sendiri.

Pada saat itu, apa kata Nabi? Sifat yang ada pada beliau adalah tenggang rasa dan solidaritas yang tinggi. Beliau tidak mau enak sendiri. Nabi berkata baginda, “Ya Allah berikan kepada mereka kenyang yang lapar, yang bajunya robek pakaian dari-Mu, yang kesusahan berikan kemudahan,”.

Yang bisa kita ambil dari peristiwa Perang Badar adalah meningkatkan solidaritas dengan menebarkan salam dan kasih sayang. 

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, Rasulullah bersabda: 

Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang menyelamatkan orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Mumpung bulan Ramadan, yuk ambil hikmah dari Perang Badar dengan selalu menyebarkan solidaritas, kasih sayang dan salam sejahtera kepada saudara-saudara kita yang mungkin sangat membutuhkan bantuan kita. 

  1. Pentingnya Bermusyawarah 

Saat pasukan kaum muslimin sampai di sumber air terdekat di lembah Badar dan berhenti di sana, Al-Habbab bin Al-Mundzir mengusulkan strategi kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah dengan terbuka menerima usulannya. Dari sikap Rasulullah tersebut, kita bisa mengambil pelajaran penting, bahwa musyawarah itu perlu. Kendati beliau seorang pemimpin, tetapi  tidak membuatnya merasa paling benar. Beliau mau menerima masukan sahabatnya dengan bijak.

Dalam hidup, usahakan untuk tidak selalu buru-buru dan egois dalam mengambil keputusan. Setidaknya, kita bicarakan dengan beberapa orang terdekat, khususnya mereka yang akan langsung mengalami dampak dari keputusan yang kita ambil. 

  1. Tidak Menuntut Balas 

Ketika pasukan kaum muslimin berhasil memenangkan perang, tidak hanya memperoleh harta rampasan perang (ghanimah) saja, tetapi juga beberapa tawanan perang. Terhadap tawanan itu, Nabi tidak membunuh mereka sebagaimana usul Umar bin al-Khattab. Nabi ﷺ  memilih usulan Abu Bakar agar tawanan jangan dibunuh, melainkan dibebaskan dengan syarat membayar tebusan. 

Apa yang Nabi pilih itu adalah bentuk kasih sayang beliau terhadap sesama manusia. Meskipun tawanan itu adalah orang-orang kafir yang baru saja memerangi kaum muslimin, tapi Nabi tidak menyimpan dendam sedikitpun.

Demikian hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari perjuangan perang Badar yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain meneladani dan mempraktikkan nilai-nilai dan semangat dari perang Badar, tak lupa juga, sebagai seorang muslim kita juga perlu menambah dan mengembangkan aset keuanganmu, agar kita bisa selalu istiqomah beramal dengan aset yang kita miliki.

Caranya adalah ikut pendanaan di ALAMI, peer to peer funding syariah. Dapatkan ujrah atau imbal hasil setara dengan 14-16% pa. Segera download aplikasinya di 

Artikel Terbaru

Penyesuaian Pemadanan NPWP ke NIK

Berdasarkan terbitnya kebijakan pajak pada PMK 136/2023 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri...

Informasi Peningkatan Keamanan Pendanaan & Penambahan Biaya Layanan

Sebagai bagian dari upaya kami dalam meningkatkan kualitas layanan yang lebih baik,...

Panduan Praktis Mendanai Nyaman dan Menguntungkan di Instrumen P2P Lending Bagi Pendana Pemula

Peer to Peer Lending (P2P Lending) dikenal sebagai salah satu instrumen investasi...

Exit mobile version