Nama Nabi Musa disebutkan paling banyak di Qur’an diantara nabi yang lain. Kisah perjuangannya sangat dekat di hati Rasulullah SAW. Puasa Asyura dicintai oleh Rasulullah SAW sebagai bentuk penghormatannya kepada nabi yang sering disebut-sebut oleh Allah SWT di Qur’an. Bagaimana detail lengkapnya? Yuk, simak selengkapnya di artikel ini!
Apa yang Dimaksud dengan Puasa Asyura?
Puasa Asyura berawal ketika Rasulullah SAW sudah hijrah ke Madinah. Disana, ia mengamati bahwa masyarakat Yahudi di Madinah melakukan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram.
Ia kemudian bertanya kepada mereka, kenapa kaum Yahudi melaksanakan puasa pada tanggal 10 Muharram.
Mereka kemudian menjawab, pada 10 Muharram, Nabi Musa dan Bani Israil berhasil menyeberangi Laut Merah, karena terbelah tiba-tiba setelah Nabi Musa memukulkan tongkatnya dibebaskan dari kejaran Firaun. Mereka kemudian berhasil selamat dari kejaran pasukan Firaun. Karena itulah, mengikuti Nabi Musa, kaum Yahudi berpuasa pada hari Asyura atau 10 Muharram sebagai bentuk rasa syukur.
Kemudian secara tegas, Rasulullah mengatakan bahwa kaum Muslim lebih berhak terhadap Nabi Musa, karena Rasulullah-lah yang melanjutkan tugas kenabian dari nabi-nabi terdahulu seperti Nabi Musa. Akhirnya, ia pun menganjurkan kepada kaum Muslim untuk berpuasa pada 10 Muharram.
Kapan Puasa Asyura Dilakukan?
Puasa Asyura dilakukan pada tanggal 10 Muharram.
Namun, untuk menyelisihi kaum Yahudi, Rasulullah SAW juga mengatakan bahwa ia akan melaksanakan puasa tanggal 9 Muharram, yaitu puasa Tasu’a.
Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika Muharram tahun depan saya masih hidup, saya akan puasa tanggal 9.” (HR. Ahmad 1971, Muslim 2723 dan yang lainnya).
Namun, sebelum tiba saat berikutnya, ia sudah meninggal.
Keutamaan Puasa Asyura
Ibnu Abbas berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW sangat bersemangat untuk berpuasa di satu hari, kecuali di hari ini (Asyura), dan di bulan Ramadhan” – HR. Bukhari & Muslim.
Ada keutamaan yang nyata di balik perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Namun, mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah suatu keutamaan tersendiri untuk seorang Muslim.
Dalam hadits Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjelaskan dalam sabdanya:
“Dan berpuasa pada hari Asyura itu, aku berharap kepada Allah agar bisa menghapus (dosa-dosa) setahun sebelumnya (yakni setahun yang lalu).”
Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafadz:
“Akan menghapus (dosa-dosa/kesalahan) setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162/196)
Beliau juga pernah bersabda,
“Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam, dan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (yakni) Muharram,” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad).
Seorang laki-laki pernah datang ke Rasulullah SAW untuk bertanya, “Wahai Rasulullah, bulan apakah yang layak untuk aku berpuasa setelah bulan Ramadhan?” Rasulullah menjawab, “Jika kamu ingin berpuasa selain bulan Ramadhan, maka berpuasalah di bulan Allah, Muharram. Sesungguhnya itu adalah bulan Allah, di sana terdapat suatu hari yang Allah memberikan pengampunan kepada sebuah kaum, juga memberikan pengampunan kepada kaum yang lain.” (HR Al-Baihaqi).
Di hadits lain, disebutkan dengan jelas bahwa:
“Rasulullah SAW telah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan supaya orang-orang berpuasa,” (HR Muslim).
Walaupun begitu, puasa Asyura tidak wajib untuk dilakukan. Walaupun menjadi sunnah yang sangat dianjurkan, namun, Rasulullah pun menegaskan kepada kaum Muslimin, yang diceritakan oleh Abu Hurairah r.a.:
“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Hari ini adalah Hari Asyura, dan kamu tidak diwajibkan berpuasa padanya. Dan saya sekarang berpuasa, maka siapa yang suka, berpuasalah. Dan siapa yang tidak suka, berbukalah!”
Niat Puasa Asyura
Jangan lupa untuk bangun sahur dan melakukan niat puasa Asyura yaitu “Nawaitu shouma fii yaumi aasyuuroo’ sunnatan lillahi ta’ala”, yang artinya “Saya berniat puasa Asyura, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Sumber:
Yuk, lakukan hijrah finansial melalui pendanaan untuk UKM dengan prinsip syariah dan didukung proses yang nyaman, aman, dan efisien dengan teknologi. Platform peer-to-peer financing syariah ALAMI mempertemukan UKM dengan pemberi pembiayaan. Teknologi kami menganalisa ratusan data untuk menghasilkan pembiayaan yang memiliki kualitas dan kredibilitas yang baik. Daftar sekarang untuk menjadi pendana ALAMI dan nikmati kemudahan proses pembiayaan syariah yang lebih efisien, akurat dan transparan.