Bulan Dzulhijjah yang Penuh Kesakralan

Bulan Dzulhijjah yang Bertabur Kesakralan

Ada apa di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah? Menurut ulama tafsir Quran, 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah adalah yang dimaksud oleh Allah di Quran Surah Al-Hajj ayar 28: “Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan…”

Jika 10 malam terakhir bulan Ramadhan adalah malam-malam terbaik sepanjang tahun, maka 10 hari pertama Dzulhijjah disebut sebagai hari-hari terbaik sepanjang tahun. Ibadah di siang hari pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah mempunyai nilai, manfaat, keberkahan, dan kesakralan yang hanya diketahui oleh Allah SWT semata.

Namun, Ia telah memberitahu sedikit ilmu tentang kesakralan 10 hari pertama ini lewat lisan Rasulullah SAW. Bagaimana kita bisa memuliakan hari-hari ini? Yuk, simak pembahasannya lebih lanjut!

Arti Kata Dzulhijjah

Bulan Dzulhijjah merupakan bulan ke-12 dan terakhir dalam penanggalan kalender Hijriah. Berasal dari dua kata, dzul yang berarti “pemilik” dan hijjah yang berarti “haji”. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab sudah melakukan ibadah haji di bulan ini sebagai bentuk pelestarian ajaran Nabi Ibrahim a.s. Bulan ini dikenal sebagai bulan yang di dalamnya ada kegiatan haji, pilar Islam ke-5 yang diwajibkan untuk mereka yang mampu menjalaninya.

Kewajiban Ibadah Haji di Bulan Dzulhijjah

Berbagai ritual ibadah haji mempunyai makna spiritualitas yang begitu mendalam, yang juga bisa kita hayati di kehidupan sehari-hari, bahkan ketika kita tidak menjadi bagian dari jemaah haji.

Tawaf

Berputar mengelilingi Ka’bah dengan arah berlawanan jarum jam, sambil mengucapkan berbagai doa, mengakui kebesaran Allah dan mengakui keagungan-Nya.

Menurut Rasulullah SAW, melakukan ibadah tawaf mempunyai kesakralan yang sama seperti melakukan ibadah shalat.

“Thawaf adalah seperti shalat, hanya Allah membolehkan berbicara di dalamnya. Maka barangsiapa berbicara, maka janganlah berbicara kecuali dengan pembicaraan yang baik” (HR Tirmidzi dan Daruqutni).

Melalui harmoni gerakan fisik, kita memberikan stimulasi kepada otak kita untuk berada pada keadaan yang meditatif, yang memungkinkan hati dan pikiran kita untuk menyatu dan bersatu dalam zikir kepada Allah SWT dan berfokus pada kebesaran-Nya.

Ini adalah hal yang bisa kita lakukan setiap hari dalam hidup kita, misalnya melalui membaca Qur’an, melakukan gerakan-gerakan sholat, dan sebagainya. Mengambil spirit thawaf, kita bisa mulai membiasakan diri untuk merasakan kebesaran Allah dengan menggunakan seluruh indera fisik kita.

Makna spiritual thawaf, ketika semua manusia bersaksi bahwa Allah adalah pusat dari kehidupan mereka, tidak harus dihidupkan hanya ketika kita melakukan ibadah thawaf. Menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan kita, pusat perhatian ruhani kita, juga bisa dilakukan setiap hari, dengan mengambil sedikit waktu untuk mengucapkan niat teguh di hati kita untuk menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi setiap hari.

Thawaf juga mengingatkan manusia akan kesakralan Ka’bah. Namun, ternyata, menurut Rasulullah SAW, Allah telah memberikan penghormatan yang lebih lagi terhadap kesakralan seorang jiwa yang beriman. Ia pernah menatap Ka’bah seraya berkata:

“Alangkah agungnya kehormatanmu. Kehormatan seorang mukmin lebih agung dibandingkan kamu. Karena sesungguhnya Allah hanya mengharamkan satu hal darimu, sementara dari seorang mukmin, Allah mengharamkan tiga hal: darahnya, hartanya, dan berprasangka tidak baik kepadanya” (HR Baihaqi).

Dengan hadits ini, kita punya penambah semangat untuk terus selalu memperbarui hubungan kita dengan Allah SWT setiap hari, pengingat betapa Allah SWT sangat menghargai kita. Juga, mengingatkan kita untuk selalui memperbarui hubungan dengan orang lain dan lebih menghargai mereka lagi.

Sa’i

Ibadah sa’i dilakukan untuk memperingati momentum ketika ibunda Nabi Ismail a.s., Hajar, menempuh perjalanan antara dua bukit untuk mencari air. Sampai akhirnya ketika ia telah melakukan tujuh kali bolak-balik, Allah SWT mengirimkan malaikatNya untuk menyuruh Hajar meletakkan kaki Ismail. Kaki Ismail pun menghentak-hentak dan mengeluarkan air yang berlimpah. Dalam keyakinannya bahwa Allah tidak akan mengabaikannya, Hajar telah membuat Allah SWT mengirimkan malaikat-Nya untuk menggali sebuah sumur yang berlimpah air. Air tersebut akhirnya menarik suku Jurhum yang akhirnya menemani Hajar dan Ismail (a.s), dan membuat kawasan padang pasir gersang yang tidak dihuni oleh siapapun menjadi sebuah kawasan yang ramai.

Sa’i menjadi simbol kekuatan yang muncul dari kombinasi bersandarnya hati kepada Allah SWT dan berikhtiar sekuat tenaga untuk Allah SWT. Hal ini bisa kita praktikkan juga setiap hari dalam kehidupan kita. Adakah sesuatu yang menurut kita tidak mungkin? Bisakah kita melihatnya dengan persepsi baru, bahwa hal tersebut pasti mungkin dengan bantuan Allah SWT? Bagaimana kita bisa terus menjaga keyakinan bahwa Allah SWT pasti bisa membantu kita, tanpa kita putus asa ketika kelihatannya hal tersebut tidak mungkin terjadi? Bisakah kita terus menerus melakukan ikhtiar – terus sholat, terus berdzikir, terus menguntai doa di malam-malam panjang, terus bersujud di sajadah kita? Inilah spirit ibadah sa’i yang bisa kita lakukan di setiap harinya.

Wukuf di Arafah

Wukuf artinya berhenti sejenak. Hari Arafah adalah hari dimana manusia berhenti sejenak dari kesibukannya untuk berfokus kepada Allah SWT, mengakui kebutuhannya kepada Allah SWT, memohon ampunan-Nya, dan membebaskan diri kita dari semua kewajiban dunia, hanya untuk beribadah dan melakukan dzikir dan tasbih sebanyak mungkin.

Hari Arafah dan Padang Arafah mempunyai makna sesuai namanya. Kata Arafah berasal dari kata a’raf, yang artinya: mengetahui, memahami, mengenal. Ini adalah hari kita sebagai manusia mengetahui, memahami, dan mengerti bahwa tidak ada Yang Maha Pemberi, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Menguasai, kecuali Allah SWT. Pada hari ini, hati semua manusia ditujukan hanya kepada Allah SWT. Kita menyadari bahwa tidak ada lagi yang perlu dicari selain Allah SWT.

Kita bisa membawa semangat hari wukuf di Arafah dalam setiap keseharian kita, dengan mengingatkan masing-masing diri bahwa tidak ada lagi yang perlu kita cari selain Allah SWT.

Momentum Sakral & Anjuran Berkurban di Bulan Dzulhijjah

Selain sebagai bulan haji, bulan Dzulhijjah adalah waktunya mengingat salah satu momentum sakral yang terjadi pada kehidupan Nabi Ibrahim a.s. Nabi yang disebut sebagai “Kekasih Allah” ini menunggu kehadiran anaknya, Ismail a.s. selama 86 tahun. Ketika ia akhirnya mendapatkan Ismail a.s., ia harus meninggalkannya di tengah padang pasir Mekkah.

Kemudian, setelah Ismail mulai bertumbuh, ia mendapatkan mimpi untuk menyembelihnya. Mimpi yang akhirnya disampaikan kepada Ismail, dan akhirnya keduanya setuju untuk melaksanakannya. Namun, ketika pisau tersebut sudah menyentuh leher Ismail, pisau tersebut tidak bisa menyembelihnya.  Allah SWT akhirnya menggantinya dengan “seekor sembelihan yang besar”, menurut terjemahan Quran Surat Ash-Shaffat ayat 107.  

Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail a.s. telah berhasil lulus dari ujian keimanannya, dan peristiwa ini begitu berarti untuk Allah sehingga Ia menjadikannya sebagai salah satu bagian dari syariat agama Islam.

Berkurban menjadi kewajiban bagi seorang Muslim yang telah mencapai baligh, mempunyai akal sehat, dan mampu secara finansial (telah menyelesaikan semua kewajiban keuangan lainnya kepada keluarganya dan semua tanggungannya). Kewajiban berkurban ini harus dilaksanakan pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Tujuan berkurban ini selain memberikan dagingnya kepada orang-orang yang kurang mampu, juga menjadi salah satu jalan sebagai pendekatan diri kepada Allah. Niatkan ketika berkurban, bahwa ibadah ini akan menjadi salah satu cara untuk kita taqarrub kepada Allah SWT, untuk mencapai level baru kedekatan diri kita dengan Allah SWT.

Hewan yang dikurbankan merupakan hewan ternak seperti sapi, kambing, unta, dan domba, yang cukup umur (ketentuan cukup umur berbeda untuk setiap hewan ternak). Hewan ternak yang dikurbankan harus dalam keadaan sehat, prima, gemuk, tidak pincang, tidak buta, dan tidak cacat. Semua bagian dari hewan yang telah dikurbankan haram untuk dijual kepada siapapun dan oleh siapapun.

Seorang Muslim yang melakukan ibadah kurban, akan menerima pahala dari setiap helai rambut dan bulu hewan kurbannya, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah SAW, “Setiap sehelai rambutnya satu kebaikan. Setiap satu helai bulunya juga dibalas satu kebaikan” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Pembagian daging hewan kurban boleh dilakukan sebagai berikut:

Memperbanyak Puasa di Bulan Dzulhijjah

Bagi mereka yang tidak melakukan ibadah haji, sangat dianjurkan untuk memperbanyak puasa di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Puasa adalah ibadah yang disebut Allah sebagai ibadah yang dikhususkan “hanya untuk-Ku”.

Dalam Sahih Bukhari, disebutkan sebuah hadits Qudsi yang redaksinya diinterpretasikan sebagai berikut:

“Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untuk-Ku, dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung.”

Dalam riwayat lain, disebutkan juga:

“Puasa hanyalah untuk-Ku, dan Akulah yang akan memberikan ganjaran kepadanya secara langsung, sebab ia telah meninggalkan hawa nafsu, makan dan minumnya karena-Ku.”

Tapi terutama lagi, di 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah) dan 9 Dzulhijjah (hari Arafah).

Tidak ada hadits sahih yang diketahui tentang keutamaan puasa 8 Dzulhijjah, namun hal tersebut adalah sunnah Rasulullah SAW, yaitu untuk memperbanyak puasa di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah karena banyaknya kebaikan yang di dalamnya.

Hari Tarwiyah juga disebutkan sebagai hari dimana Nabi Ibrahim a.s. menerima mimpi penyembelihan Ismail, dan kemudian di siang harinya, yarwi (artinya “berbicara”) kepada dirinya untuk merenungkan apakah arti mimpi tersebut berarti wahyu dari Allah. Hari Tarwiyah juga disebut sebagai hari perbekalan air, mengumpulkan air, bagi jemaah haji yang berangkat untuk wukuf di Arafah. Air juga kerapkali menjadi simbol penyucian atau pembersihan diri, sehingga kerapkali hari Tarwiyah dikaitkan dengan hari pembersihan diri, penyucian diri, berbicara dengan diri sendiri dan melakukan ibadah bertafakkur (merenung, untuk memperbaiki diri).

Namun, ada hadits sahih yang mengungkapkan keutamaan puasa 9 Dzulhijjah dari lisan Rasulullah SAW.

“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang” (HR Muslim).

Anjuran Memperbanyak Berzikir di Bulan Dzulhijjah

Selama 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, umat Muslim juga diperintahkan untuk menghidupkan dzikir sebanyak-banyaknya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang mengatakan: “Tidaklah ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih Dia cintai dibanding melakukan amal ibadah di 10 hari bulan Dzulhijjah. Maka perbanyaklah di 10 hari ini membaca tahlil (Laa ilaah ha illAllah), takbir (AllahuAkbar), dan tahmid (Alhamdulillah)” (HR. Ahmad).

Selain itu, disunnahkan juga melafalkan Takbir sejak dari sholat Subuh di hari Arafah (9 Dzulhijjah), sampai pada setelah sholat Ashar di hari 13 Dzulhijjah.

Lafal bacaannya: AllahuAkbar, AllahuAkbar, Laa ilaaha illaa-Allah, Allahu Akbar, AllahuAkbar, Laa ilaaha illaa-Allah.

Khususnya di satu jam terakhir sebelum Maghrib di hari Arafah (9 Dzulhijjah), kamu bisa menyendiri di sajadah dan berdoa sebanyak-banyaknya. Tanggal 9 Dzulhijjah dan malam sebelum 10 Dzulhijjah adalah malam spesial untuk mereka yang mencari bantuan dan dukungan Allah, salah satu dari waktu mustajab doa. Curahkan semua masalah dan keinginan kamu, sambil banyak-banyak membaca bacaan doa terbaik yang bisa kamu baca di hari Arafah:

Laa ilaha illaa Allah, wahdahu laa syarikalah, lahul mulku wa lahul hamd, wa huwa ‘ala kulli syaiin Qadir.

Hari Arafah 9 Dzulhijjah juga merupakan hari pengampunan dosa dan hari dibebaskannya orang dari neraka, maka kamu bisa memanfaatkan momentum ini untuk bertaubat, memohon pengampunan, dan memohon untuk diikutsertakan jadi bagian orang-orang yang dibebaskan Allah dari api neraka di hari tersebut.

Bacaan dzikir kita adalah tabungan kebaikan yang mungkin kita tidak akan pernah mampu memahami sepenuhnya hakikat kebaikannya. Melalui bacaan dzikir tersebut, kita bisa membawa semangat ibadah haji, thawaf, sa’i, wukuf, berkurban, dalam keseharian dan kesendirian kita di rumah masing-masing.

Platform peer-to-peer financing syariah ALAMI mempertemukan UKM dengan pendana. Teknologi kami menganalisa ratusan data untuk menghasilkan pembiayaan yang memiliki kualitas dan kredibilitas yang baik. Daftar sekarang untuk menjadi pendana ALAMI dan nikmati kemudahan proses pembiayaan syariah yang lebih efisien, akurat dan transparan.

Artikel Terbaru

Penyesuaian Pemadanan NPWP ke NIK

Berdasarkan terbitnya kebijakan pajak pada PMK 136/2023 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri...

Informasi Peningkatan Keamanan Pendanaan & Penambahan Biaya Layanan

Sebagai bagian dari upaya kami dalam meningkatkan kualitas layanan yang lebih baik,...

Panduan Praktis Mendanai Nyaman dan Menguntungkan di Instrumen P2P Lending Bagi Pendana Pemula

Peer to Peer Lending (P2P Lending) dikenal sebagai salah satu instrumen investasi...

Exit mobile version