Membuka usaha atau bisnis bagi siapa pun pastinya membutuhkan permodalan. Namun, permodalan ini menjadi masalah ketika sumber modal tersebut masih diragukan kehalalannya. Hal ini nantinya akan berdampak pada kelancaran usaha bisnis yang dijalankan, sehingga tidak membawa keberkahan. Banyak lembaga keuangan yang hadir menawarkan modal usaha tapi terdapat unsur yang tidak halal alias ribawi.
Bagi seorang muslim yang ingin berhijrah meninggalkan segala praktik ribawi tentunya untuk mendapatkan modal yang terbebas dari unsur-unsur tersebut dianggap sebagai sesuatu yang sulit. Padahal jika kita sebagai muslim yang ingin menjadi pengusaha, bisa mendapatkan modal dengan cara yang halal dan sesuai syariat Islam.
Pada kesempatan Sharing Session IG Live Hijra Bank di acara Muslim Life Fest di akhir bulan Maret 2022, Ustadz Ali Hasan Bawazier memberikan tips-tipsnya bagi pengusaha muslim yang baru akan membuka usaha dengan modal yang halal, dengan tajuk sharing session Muslimpreneur Class – Yakin Modal Bisnis Kamu Sudah Halal?
Sumber Modal Usaha Syariah
Ustadz Ali Hasan Bawazier mengatakan sumber modal yang halal bagi seorang calon pengusaha muslim bisa didapatkan dari dua sumber halal. Pertama, sumber lingkungan internal kita sendiri.
Misalnya dari keluarga atau saudara, orang tua, mertua, warisan atau pun menikahi janda kaya (bagi calon pengusaha muslim yang laki-laki). Hanya saja, menurut Ustadz Ali Hasan Bawazier, sumber ini terbatas dan tidak semua orang bisa mendapatkannya. Bahkan katanya sumber modal halal ini tidak disarankan untuk dilakukan jika kondisinya tidak memungkinkan.
“Tapi untuk mendapatkan potensi ke sana nggak gampang. Bagaimana caranya? Warisan, orang tua pun pasti tidak akan memberikan semua harta warisannya kepada satu anak, atau ngutang ke orang tua, tidak akan bisa. Mendapat pinjaman dari saudara pun tak semua orang bisa,” kata Ustadz Ali Hasan Bawazier.
Ustadz Ali Hasan Bawazier pun mengungkapkan sumber modal halal yang logis untuk didapatkan, yakni dengan cara berpartner (musyarakah).
“Sumber modal halal yang logis untuk didapatkan adalah dengan cara berpartner (musyarakah). Ada orang-orang tertentu diberi kemampuan finansial cukup tapi tidak punya ide gagasan, begitu pun sebaliknya. Ada orang yang punya ide gagasan untuk membuka usaha tapi tidak punya modal,” kata Ustadz Ali Hasan Bawazier.
“Ada lagi ide nggak punya, modal nggak ada, tapi semangat ada. Bagaimana menghubungkan ini semua?” lanjutnya.
Ya, semua tipe calon pebisnis di atas bisa digabungkan dengan cara berpartner. Ketiganya bisa bekerja sama untuk membuka usaha bersama, dengan porsi kemampuan masing-masing.
“Dengan sistem musyarakah, atau dengan adanya akad mudharabah memungkinkan pemilik modal menjalankan usahanya, kemudian mendapatkan profit tanpa membungakan (riba) dari modalnya. Menjalankan usaha tanpa berutang dan tak berbunga,” jelasnya.
Selain modal finansial, ide dan tekad semangat untuk berusaha, kata Ustadz Ali Hasan Bawazier, salah satu modal yang harus dimiliki oleh pengusaha muslim adalah tawakal. Menurut Ustadz Ali Hasan Bawazier, tawakal memiliki 2 ketentuan yakni:
- Bersandar kepada Allah SWT
“Ketika seseorang berikhtiar, kita semuanya sering mengucapkan jodoh, rizki, ajal ada di tangan Allah SWT. Tapi sering pada pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari sering galau. Kalau memusingkan urusan rezeki berarti dia belum tawakal. Sandarkanlah segala sesuatu kepada Allah SWT,” jelasnya.
- Mengakui Lemahnya Diri Kita
Ketentuan tawakal yang kedua adalah mengakui lemahnya diri kita di hadapan Allah SWT.
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Artinya: Tidak ada daya dan tidak pula kekuatan kecuali karena Allah.
“Jika ini ada di dalam hati seseorang maka dia akan tawakal dan dengan ikhtiar penuh. Ikhtiar bagian dari tawakal,” jelas Ustadz Ali Hasan Bawazier.
Bahkan ia mencontohkan tawakal sebagai seekor burung. Menurut Ustadz Ali Hasan Bawazier seekor burung yang keluar dari sarangnya, mencari makan tanpa mengetahui di mana makanannya itu berada. Namun, pada saat pulang kembali lagi ke sarangnya, perut burung itu sudah terasa kenyang.
Artinya, seseorang yang berikhtiar dan tawakal yakin kepada Allah SWT, tidak harus merisaukan dari mana rezeki akan datang. Ketika seseorang menjadi tawakal, maka ia tidak memikirkan hasil tapi melihat bagaimana prosesnya.
Selain mencontoh dari seekor burung, seorang pengusaha muslim juga perlu mencontoh salah satu sahabat Nabi SAW yakni Abdurrahman Bin Auf. Beliau adalah sahabat muhajirin yang ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW ke Madinah. Ketika kaum muhajirin sampai di Madinah, dan salah satu di antaranya adalah Abdurrahman bin Auf, mereka disambut oleh sahabat Anshar.
Bahkan pada saat penyambutan, sahabat Muhajirin dipersaudarakan dengan sahabat Anshar. Bahkan sahabat Anshar menawarkan diri untuk memberikan sebagian aset dari mereka ke sahabat Muhajirin yang baru saja hijrah dan tidak memiliki harta sama sekali.
Namun, pada saat itu Abdurrahman bin Auf menolak pemberian dari sahabat Anshar. Abdurrahman bin Auf bertawakal ingin berusaha sendiri dengan cara berniaga. Pada saat itu, ia minta ditunjukkan di mana pasar perniagaan yang terbesar di kota Madinah. Saat itu, pasar terbesar di Kota Madinah dikuasai oleh kaum Yahudi. Atas kecerdikan Abdurrahman Bin Auf dalam berdagang, ia pun berhasil mengalahkan pasar yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi tersebut.
“Beliau tawakal kepada Allah, tidak mudahnya menerima pemberian orang lain. Beliau bisa mengalahkan Yahudi di pasarnya terbesar di Madinah. Beliau juga menerapkan konsep ekonomi Islam mengedepankan win-win solution,” terang Ustadz Ali Hasan Bawazier.
Kunci Sukses Pengusaha Muslim
Untuk menjadi seorang pengusaha muslim yang sukses, Ustadz Ali Hasan Bawazier memberikan tipsnya. Ustadz mengatakan bagi setiap yang beriman kepada Allah SWT, harus selalu ingat bahwa rezeki berada di tangan Allah SWT.
Ia mengatakan bahwa rezeki itu seperti halnya maut atau ajal. Maka selalu berpikirlah rezeki akan menjemputmu, seperti halnya maut yang akan menjemputnya. Keduanya merupakan sesuatu yang sudah pasti akan terjadi pada setiap manusia.
- Niatkan Sesuatu untuk Ibadah kepada Allah SWT
Selain itu, niatkan segala usaha yang dilakukan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Jangan hanya berorientasi pada profit atau keuntungan duniawi saja. Niatkan segala sesuatu yang dikerjakan dengan niat ibadah karena Allah dan yang dicari adalah keridhaan dari Allah.
- Amanah
Kemudian harus ditanamkan bahwa berbisnis adalah amanah. “Hidup ini amanah, usaha ini amanah”, tekan Ustadz Ali Hasan Bawazier.
- Menjaga Transparansi / Jujur
Menjaga transparansi kejujuran terhadap semua sistem yang dilakukan. Dalam berbisnis lakukanlah segala sesuatunya dengan jujur serta transparan. Misalnya berniaga buah-buahan di pasar, jujurlah kepada konsumen mana buah yang baik dan bagus untuk dikonsumsi. Jujurlah ketika ditanya buah-buahan tersebut didapat dari mana, dan jangan mengurangi timbangan kepada kosnumen.
Sebagai pengusaha muslim yang ingin hijrah meninggalkan praktik ribawi tentunya, perlu disiapkan juga aset dan hartamu di tempat yang menerapkan sistem syariah untuk pengelolaannya. Maka dari itu, tempatkan aset dan danamu di ALAMI peer to peer funding syariah. Dapatkan ujrah atau imbal hasil secara syariah setara dengan 14-16% pa.