Bentuk komunikasi manusia dengan sang pencipta, Allah SWT adalah dengan berdoa. Dengan berdoa, seorang hamba bisa mengutarakan isi hatinya, menyampaikan rasa syukur maupun berkeluh kesah kepada Allah SWT.
Manfaat lainnya dari berdoa adalah agar manusia bisa mengutarakan keperluannya kepada Allah SWT, sebagai Sang Pencipta dan Sang Maha Pengatur, untuk mendapatkan kemudahan di dalam segala aktivitas dan pekerjaan. Bisa saja suatu pekerjaan dapat gagal di tengah jalan karena tanpa diiringi doa yang tulus, dan lupa meniatkannya sebagai ibadah.
Selain itu, doa adalah salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Nikmat pekerjaan yang diberikan setiap harinya merupakan rezeki, maka dari itu salah satu wujud bersyukur atas nikmat tersebut adalah dengan berdoa.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi mengatakan:
الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ
Artinya:
“Doa itu merupakan inti dari ibadah”
Hadis di atas menegaskan bahwa dengan berdoa, kita telah melakukan esensi (makna inti) dari ibadah, yaitu tugas dan amanah utama kita sebagai manusia, atau makhluk, yang diciptakan oleh Allah SWT.
Terutama di bulan Ramadhan, semua amal ibadah termasuk berdoa akan didengar dan diganjar Allah SWT dengan berkali-kali lipat pahala. Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kita sebagai hamba meluapkan segala isi hati, unek-unek dan permintaan kepada Allah SWT. Untuk itu ada waktu-waktu yang mustajab di Ramadhan untuk berdoa.
Menurut para ulama, ada beberapa waktu mustajab di Ramadhan di mana terkabulnya doa, berikut ulasannya.
Waktu Mustajab di Ramadhan untuk Berdoa
1. Saat adzan berkumandang
Selain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:
ثنتان لاتردان أو قلما تردانالدعاء عند النداء وعندالبأس حين يلحم بعضهمبعضا
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang”
(HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar,1/369, berkata: “Hasan Shahih”).
2. Waktu sahur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.”
(HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758).
Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).
Imam Nawawi berkata bahwa bentuk keberkahan makan sahur di antaranya adalah karena waktu itu orang bangun, ada dzikir dan do’a pada waktu mulia tersebut. Saat itu adalah waktu diturunkannya rahmat serta diterimanya doa dan istighfar. (Syarh Shahih Muslim, 9: 182)
Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Doa dan istighfar di waktu sahur adalah diijabahi (dikabulkan).” (Fathul Bari, 3: 32).
Hal di atas dikuatkan dengan firman Allah Ta’ala,
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
“Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17).
Jadi jangan sibukkan diri di waktu sahur dengan aktivitas makan saja. Ambillah kesempatan untuk shalat malam, yang penting tidak ada witir dalam satu malam. Lalu tambahlah dengan panjatkan doa sesuai dengan hajat yang kita minta.
3. Saat Berpuasa Sampai Berbuka
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi.”
(HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya).
Imam Nawawi rahimahullah berkata,
“Disunnahkan orang yang berpuasa untuk memperbanyak doa demi urusan akhirat dan dunianya, juga ia boleh berdoa untuk hajat yang ia inginkan, begitu pula jangan lupakan doa kebaikan untuk kaum muslimin secara umum.” (Al-Majmu’, 6: 273).
4. Di Sepertiga Malam Terakhir
Sepertiga malam terakhir merupakan salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Allah SWT akan mengabulkan apapun yang dipanjatkan oleh manusia pada sepertiga penghujung malam, baik itu terkait dengan dunia atau akhirat. Beberapa hadis pun mengaminkan pernyataan tersebut.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah SAW bersabda,
“Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya.” (HR. Muslim)
Waktu sepertiga malam terakhir ini sama seperti kita waktu sahur. Sehingga sangat dianjurkan selain menikmati makan sahur, kita dianjurkan untuk memperbanyak doa dan mendirikan shalat malam, namun tanpa melakukan witir dua kali dalam satu malam. Artinya, ketika kita shalat tarawih, sebanyak 8 rakaat atau 20 rakaat, agar bisa mendirikan shalat malam di sepertiga malam (shalat tahajud), maka shalat witirnya bisa diakhirkan di sepertiga malam. Di waktu sahur tersebut kita bisa mendirikan shalat tahajud, dan diakhiri dengan shalat witir.
5. Berdoa di Sujud Terakhir Shalat
Waktu yang mustajab dikabulkan untuk berdoa adalah sujud terakhir dalam shalat. Ada beberapa di antara kita yang memperlama sujud terakhir shalat untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah bersabda, “Adapun ketika rukuk, maka agungkanlah Allah. Sedangkan ketika sujud, maka bersungguh sungguhlah dalam berdoa, maka doa tersebut pasti dikabulkan untuk kalian.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Keadaan seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa saat itu.” (HR. Muslim)
Dikutip dari Rumaysho.com, Syaikh ‘Abdullah Al-Jibrin menjelaskan, “Aku tidak mengetahui adanya dalil yang menganjurkan untuk memperlama sujud terakhir dalam shalat.
Akan tetapi, memang sebagian imam melakukan seperti ini sebagai isyarat pada makmum bahwa ketika itu adalah raka’at terakhir atau ketika itu adalah amal terakhir dalam shalat. Karenanya, mereka pun memperpanjang sujud ketika itu. Dari sinilah, mereka maksudkan agar para jamaah tahu bahwa setelah itu adalah duduk terakhir yaitu duduk tasyahud akhir. Namun alasan semacam ini tidaklah menjadi sebab dianjurkan memperpanjang sujud terakhir ketika
itu.” (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin, Ahkam Qoth’ush Shalah, Fatawan no. 2046 dari website beliau).
Lalu bagaimana dengan berdoa dengan doa dari Al-Qur’an saat sujud?
Sebenarnya terdapat hadis yang mengatakan,
‘Ali bin Abi Thalib Radhiallahuanhu mengatakan, “Rasulullah SAW melarangku untuk
membaca (ayat Al-Qur’an) ketika ruku’ dan sujud.” (HR. Muslim no. 480)
Namun beberapa ulama mengatakan, hal ini tidaklah mengapa asalkan kita berniat tidak bertilawah Al-Quran saat sujud dan rukuk’, tetapi untuk berdoa.
“Setiap amalan tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907).
Salah seorang ulama Syafi’iyah, Az-Zarkasyi berkata,
“Yang terlarang adalah jika dimaksudkan membaca Al-Qur’an (ketika sujud). Namun jika yang
dimaksudkan adalah doa dan sanjungan pada Allah maka itu tidaklah mengapa, sebagaimana pula seseorang boleh membaca qunut dengan beberapa ayat Al-Qur’an” (Tuhfah Al-Muhtaj, 6:6, Mawqi’ Al-Islam).
6. Ketika Hujan Turun
Waktu hujan turun adalah saat mustajabnya doa, artinya doa yang dipanjatkan pada saat hujan, semakin mudah terkabulkan. Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan,
”Dianjurkan untuk berdoa ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
“Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan: Bertemunya dua pasukan, menjelang shalat dilaksanakan, dan saat hujan turun”
Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ
“Dua do’a yang tidak akan ditolak: do’a ketika adzan dan do’a ketika ketika turunnya hujan.”
Do’a yang amat baik dibaca kala itu adalah memohon diturunkannya hujan yang bermanfaat.
Do’a yang dipanjatkan adalah,
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً
“Allahumma shoyyiban naafi’aa,”
“Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat”
Dengan turunnya hujan semakin membuat kita bersyukur, bukan malah mengeluh. Manfaatkanlah moment tersebut untuk banyak memohon segala hajat pada Allah SWT menyangkut urusan dunia dan akhirat. Jangan sia-siakan kesempatan untuk mendoakan kebaikan diri, istri, anak, kerabat serta kaum muslimin lainnya.
7. Waktu Setelah Shalat Ashar di Hari Jumat
Waktu mustajab dikabulkannya doa selanjutnya setelah shalat Ashar di hari Jumat. Hal ini berdasarkan hadis
Dari Anas bin Malik RA dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْتَمِسُوا السَّاعَةَ الَّتِي تُرْجَى فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ بَعْدَ الْعَصْرِ إِلَى غَيْبُوبَةِ الشَّمْسِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ وَمُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ يُضَعَّفُ ضَعَّفَهُ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ وَيُقَالُ لَهُ حَمَّادُ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ وَيُقَالُ هُوَ أَبُو إِبْرَاهِيمَ الْأَنْصَارِيُّ وَهُوَ مُنْكَرُ الْحَدِيثِ وَرَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ أَنَّ السَّاعَةَ الَّتِي تُرْجَى فِيهَا بَعْدَ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَبِهِ يَقُولُ أَحْمَدُ وَإِسْحَقُ
“Carilah oleh kalian waktu-waktu yang mustajab pada Jumat setelah Ashar sampai tenggelamnya matahari.”
Abu Isa berkata, dari jalur ini hadits ini gharib. Sebagian ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi dan yang lainnya berpendapat bahwa waktu yang mustajab pada hari Jumat adalah setelah Ashar sampai matahari terbit, ini adalah pendapat Ahmad dan Ishaq. (HR Tirdmizi: 451)
Demikian penjelasan mengenai waktu yang mustajab untuk berdoa, semoga bermanfaat dan dapat diamalkan.
Selain mengamalkan doa di waktu-waktu tersebut, sebagai seorang muslim kita juga perlu mengambil langkah-langkah nyata. Misalnya, jika kita sering berdoa untuk kemapanan finansial, jangan lupa juga untuk mengambil langkah untuk mengembangkan aset dan keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, agar bisa istiqomah dalam beramal dan bersedekah.
Kembangkan dana dan asetmu di platform peer to peer funding syariah dari ALAMI. Dapatkan ujrah setara dengan 14-16% pa. Dapatkan aplikasinya di