memulai usaha

Rahasia Memulai Usaha Dengan Modal Kecil a la Kopi Sagaleh

Menjadi seorang pebisnis atau entrepreneur bisa dibilang susah-susah gampang. Jika kamu ingin memulai usaha dengan modal kecil, salah satu yang harus dimiliki adalah adanya kemauannya untuk belajar. Khususnya belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan agar tak masuk di kesalahan yang sama. Hal itulah yang dilakukan oleh Dhyda Maryudha, salah satu owner dan founder kopi Sagaleh. Dhydha menceritakan awal memulai usaha yang dirintisnya itu bersama 6 orang yang merupakan anggota keluarganya. Usaha yang ia rintis ini diinspirasi dari usaha orang tua mereka yang membuka restoran Padang. 

“Kopi Sagaleh itu adalah usaha 6 orang, saya dan istri, kakak kandung istri, kemudian sepupunya istri, adik-kakak dan suaminya yang seharusnya menjalankan usaha orang tua. Karena kita sebelumnya belum pernah usaha bareng, akhirnya kita terpikirkan untuk membuat usaha yang menyokong usaha orang tua,’ kata Dhydha saat menceritakan pengalaman usahanya dalam acara webinar yang diselenggarakan Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Jabodetabek dengan ALAMI yang bertajuk “Invest in Youth-Self” beberapa waktu lalu.

“Karena kita semua suka kopi dan untuk melengkapi usaha orang tua restoran Padang maka kita memulai usaha kopi aja,” lanjutnya. 

Dhydha mengatakan membuka bisnis kopi Sagaleh yang berasal dari Bahasa Minang artinya “Segelas”, hanya bermodalkan Rp8 juta dibagi berenam. Modal yang terbilang sangat kecil bukan untuk bisnis rumahan. Usaha Kopi Sagaleh dimulai Dhydha bersama 5 orang lainnya berasal dari sebuah rumah yang ada di Jalan Petogogan 1 Gang 5, Jakarta Selatan. 

“Jadi, pada saat pertama jualan Kopi Sagaleh hanya dijual secara online, karena keterbatasan modal. Awalnya ini adalah coffee to go. Karena kita berasal dari latar belakang yang berbeda ada kerja di bank, media, agency dunia kreatif yang mana teman-teman kita butuh disokong oleh kopi yang kuat. Ya sudah kita bikin coffee to go, bikin di rumah dengan modal yang kecil,”  jelas Dhydha. 

Dhydha mengaku dari 6 orang pendiri Kopi Sagaleh ini tidak ada pengalaman dan pengetahuan tentang kopi. Berangkat dari minimnya pengetahuan tentang kopi, Dhyda pun mulai belajar bagaimana cara meracik kopi yang benar-benar memiliki cita rasa. 

“Kita kan awalnya cuma tahu kopi tubruk. Kopi yang cukup diseduh pakai air panas aja. Setelah dari situ kita belajar dari Youtube, bagaimana membuat kopi selain ditubruk, ada cara lainnya nggak sih?,” kata Dhydha. 

Memulai Usaha Rumahan Manfaatkan Teknologi Digital

Dhydha mengetahui karena bisnis yang dirintis bersama keluarganya tidak datang dari modal yang besar, ia pun memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana untuk memasarkan produk-produk kopinya. 

“Karena pada saat itu eranya ojol banget dan mulai berkembang, kita jualannya melalui digital, WhatsApp, Instagram ojek online untuk pengirimannya lalu ada Path sebagai jalur pemesanannya, ketika itu masih ada Path,” kata Dhydha. 

sumber: unsplash.com

Banyaknya pesanan yang masuk melalui platform-platform digital membuat usaha Kopi Sagaleh milik Dhydha dan keluarganya terus berkembang. Hanya butuh 4 bulan saja Kopi Sagaleh pindah dari usaha rumahan menjadi usaha kopi yang memiliki kedainya tersendiri. Hingga akhirnya saat ini Kopi Sagaleh memiliki kedai lainnya yang ada di Bintaro, Tangerang Selatan. 

“Dan InsyaaAllah, kami akan buka 10 kedai selanjutnya di 2021,” kata Dhydha. 

Rahasia Membangun Usaha Rumahan Ala Kopi Sagaleh

Kopi Sagaleh/instagram @sagalegh

Dalam kesempatan webinar bersama FoSSEI Dhydha membagikan rahasia atau tipsnya bagaimana ia dan keluarganya yang lain dalam mengembangkan dan memulai usaha rumahan Kopi Sagaleh menjadi kopi yang memiliki cabang kedai di berbagai tempat. 

1. Riset

Riset ini dilakukan agar produk yang akan dijual nantinya berbeda dengan brand atau merek lain. Di Kopi Sagaleh, Dhydha harus melakukan riset mengenai biji kopi yang dipilih sebagai bahan baku, kemudian bahan-bahan penunjang lainnya dalam meracik kopi. 

sumber: unsplash.com

“Pada saat kita bikin kita coba kasih ke taman-teman, feedbacknya seperti apa, suka atau nggak kita ulang terus seperti itu sampai kita dapat racikan yang pas,” jelas Dhydha. 

2. Unique Selling Point

Tips selanjutnya adalah unique selling point produk yang akan dijual. Hal ini akan menjadi pembeda dengan produk lain. Jangan sampai produk yang akan dijual sama persis dengan produk lain. Menurut Dhydha, banyak di antara para pebisnis pemula yang tak ingin repot memikirkan diferensiasi produknya. 

“Karena kalau produk kita sama plek ketiplek dengan yang lain, sementara yang lain memiliki kekuatan dalam branding, maka produk yang kita miliki tidak akan muncul,” ungkapannya.

Dhydha menceritakan perbedaan yang dimiliki Kopi Sagaleh adalah kopinya yang strong, gulanya dimasak sendiri menggunakan gula jawa buka gula aren, serta ada ramuan rempah-rempah warisan dari orang tua. 

“Ada gula yang dimiliki Kopi Sagaleh yang tidak dimiliki oleh kopi-kopi yang lain,” ungkapnya. 

3. Pricing

Pricing ini penting khususnya dalam pemilihan bahan baku. Dhydha menyarankan agar pricing harus disesuaikan dengan bahan baku produk yang akan dijual. Harga bahan baku terlalu mahal dengan pricing yang sangat rendah. 

“Oke misalnya pricing mau di harga yang murah, tapi jangan sampai bahan baku yang digunakan cuma untung 10%, itu akan susah. Susah untuk diskon, susah untuk mengembangkannya lagi,” terang Dhydha. 

4. Tempat

Kopi Sagaleh/sumber instagram @sagaleh

Meskipun pada awalnya Kopi Sagaleh hanya memanfaatkan aplikasi ojek online untuk pengiriman, tapi seiring berkembangnya usaha tempat adalah salah satu yang harus dipikirkan. Diusahakan cari tempat yang mudah terjamah dan diketahui oleh orang lain. 

5. Marketing Tools yang Tepat

Di era digital seperti saat ini jualan sangat dimudahkan sekali. Untuk mengiklankan barang kita, tidak perlu membayar ke media massa seperti TV atau koran untuk memasang iklan. 

Cukup dengan media sosial agar orang mengetahuinya. Namun selain media sosial dan digital ada hal lain dalam marketing tools yang harus diperhatikan, yakni packaging atau pengemasan. 

“Era sekarang adalah selaku customer, kalau packaging-nya bagus pasti tergiur untuk beli dong,” ungkapnya. 

Kemudian marketing tools lainnya yang tak kalah penting adalah relation. Orang-orang terdekat seperti teman, rekan kerja, keluarga atau kolega adalah pasar atau market pertama untuk mengenalkan produk-produk kita. 

“Dari teman-teman bisa minta tolong di-boost atau dipromosikan,” kata Dhydha. 

6. Inovasi 

Dalam usaha atau berbisnis, pasti ada titik jenuh yang dirasakan oleh para customer. Mereka pasti menginginkan sesuatu yang baru dari produk kita. Jika produk yang akan dijual tidak memiliki sesuatu yang otentik, maka haruslah ada inovasi agar menjadi selling pointnya. 

Mau mengikuti jejak Dhydha sebagai pengusaha sukses? Tapi belum percaya diri dengan modal yang kamu punya? Nah, saatnya kumpulkan modal kamu dulu untuk usaha bersama ALAMI. Kembangkan keuanganmu bersama ALAMI, sehingga nanti pada saatnya dana untuk modal usahamu akan terkumpul. 

ALAMI sebagai platform P2P Lending terbaik yang berbasis syariah dengan akad wakalah bil ujrah memberikanmu imbal hasil setara 14% per tahun. Dengan mitigasi risiko yang jelas yang telah disebutkan diatas, ALAMI memiliki teknologi untuk menganalisis ratusan data untuk menghasilkan pendanaan yang memiliki kualitas dan kredibilitas yang baik. ALAMI dapat diakses melalui mobile apps yang bisa didownload di

Untuk info lengkapnya atau memulai pendanaan kamu bisa klik di sini!

Naik Turun dalam Usaha

Sebagai seorang entrepreneur tentunya Dhyda sudah mengalami makan asam garamnya dunia usaha. Bahkan ia pernah berada di titik terendah selama hidupnya saat berusaha. Pengalaman itu Dhydha dapat saat usaha ternak lele, jauh sebelum memulai usaha Kopi Sagaleh. 

“Titik terendah saya adalah saya memiliki utang Rp 70 juta yang harus saya bayarkan sendiri itu karena pada saat usaha ternak lele yang mana ini adalah dosa saya karena saya meminjam KTA yang ada ribanya,” cerita Dhydha.

Tapi hal tersebut tidak membuatnya stress atau putus asa. Bagaimana pun caranya Dhydha harus membayar utangnya itu. Tapi pada saat ia sedang berada di titik terendah tersebut, Dhydha mengungkapkan, bahwa ada orang-orang di sekelilingnya yang selalu menguatkan dan tentunya selalu minta pertolongan kepada Allah SWT agar dikuatkan dalam segala cobaan. 

Artikel Terbaru

Penyesuaian Pemadanan NPWP ke NIK

Berdasarkan terbitnya kebijakan pajak pada PMK 136/2023 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri...

Informasi Peningkatan Keamanan Pendanaan & Penambahan Biaya Layanan

Sebagai bagian dari upaya kami dalam meningkatkan kualitas layanan yang lebih baik,...

Panduan Praktis Mendanai Nyaman dan Menguntungkan di Instrumen P2P Lending Bagi Pendana Pemula

Peer to Peer Lending (P2P Lending) dikenal sebagai salah satu instrumen investasi...

Exit mobile version