Nabi Muhammad ﷺ tak hanya dikenal sebagai nabi, rasul dan juga pemimpin umat Islam di kala itu. Nabi Muhammad ﷺ juga dikenal sebagai pebisnis yang andal. Rupanya beliau telah belajar bisnis dan berdagang sejak umur 12 tahun, saat ikut berniaga bersama pamannya Abu Thalib ke negeri Syam.
Di saat Allah SWT mengangkatnya menjadi Nabi dan Rasul di usia ke-40, beliau tetap menjadi pebisnis yang ulung sambil menyebarkan agama Islam. Beliau memulai usaha perdagangannya dari nol. Beliau pernah menjadi agen untuk beberapa pengusaha kaya di kota Mekah.
Dari kegiatan tersebut, Nabi Muhammad ﷺ dapat mengetahui lokasi-lokasi perdagangan di mana tempat membeli (supplier) dan di mana pasar-pasar yang ada di daerah utara, timur dan barat dari jazirah Arab.
Di balik kesuksesan Rasulullah ﷺ sebagai pengusaha, beliau selalu menyisipkan nilai-nilai Islam di dalamnya. Dalam berbisnis dan muamalah Rasulullah selalu mengedepankan nilai-nilai kejujuran. Sehingga, beliau merupakan sosok pebisnis yang selalu dapat dipercaya. Nilai-nilai tersebut merupakan salah satu dari empat sifat Rasulullah ﷺ yang kita kenal yakni Shiddiq, Amanah, Fathanah dan Tabligh.
Cara Berbisnis dan Muamalah Rasulullah ﷺ
1. Jujur
Rasulullah ﷺ selalu menanamkan sikap jujur dalam berbisnis. Ini tak lain karena beliau memiliki sifat shiddiq, yaitu selalu mengatakan yang benar kepada klien atau pun calon pembeli. Sehingga, cara berbisnis dan muamalah Rasulullah ini pun dapat dipercaya banyak pembeli dan membeli kembali barang dagangannya.
Beliau berdagang tidak sekedar mencari nafkah halal untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga mencari relasi untuk membangun reputasinya agar investor datang untuk mempercayakan dana kepadanya. Dari kejujuran tersebut beliau mendapatkan investor terbaik selama berbisnis, yakni Khadijah yang kelak menjadi istrinya.
Dari sini, kita dapat mempelajari bahwa kejujuran, menjaga hubungan atau relasi baik dengan mitra usaha atau investor dapat memperluas jaringan untuk mendukung kegiatan usaha. Dengan bersikap jujur, kita dapat dipercaya oleh orang lain.
Kejujuran dalam berdagang sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS Asy-Syura ayat 181-183,
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi ini dengan membuat kerusakan.”
2. Menghargai Pelanggan
Cara berbisnis dan muamalah Rasulullah ﷺ saat berdagang adalah tak membeda-bedakan pelanggan meski datang dari berbagai kalangan. Dengan begini, pelanggan merasa dihargai oleh penjual tanpa memandang status sosial mereka. Jika pelanggan merasa dihargai, loyalitas akan tumbuh sehingga mereka tidak ragu untuk terus setia berniaga di tempat tersebut.
3. Menetapkan Harga dan Mengambil Untung Sewajarnya
Seorang pedagang atau pebisnis tentu berprinsip ingin mendapatkan untung sebesar-besarnya dengan modal yang seminim-minimnya. Namun, berbeda dengan Rasulullah ﷺ, cara berbisnis dan muamalah Rasulullah ﷺ, berdagang tidak hanya semata untuk materi, tapi juga untuk mendapat berkah Allah SWT.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS Asy-Syura ayat 20:
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan pun di akhirat ”
4. Menawarkan Produk yang Berkualitas
Rasulullah ﷺ tidak pernah menjual barang yang cacat atau rusak karena akan merugikan pembeli. Beliau selalu menjaga kualitas barang dagangannya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, Uqbah bin Amir pernah mendengar Rasulullah berkata,
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual barang yang ada cacatnya kepada temannya, kecuali jika dia jelaskan”. (HR. Ibn Majah).
5. Tidak Mudah Putus Asa
Sikap ini sangat diperlukan saat menjalankan usaha apapun, termasuk berdagang. Seorang pedagang tidak akan berhasil jika mudah putus asa. Perlu diingat, dalam setiap usaha selalu membutuhkan proses. Apalagi dalam perjalanannya, beberapa hambatan bisa saja menghadang kita.
Dalam berbisnis, seseorang tidak harus langsung berhasil. Pasti akan ada cobaan kegagalan yang ia harus lalui. Terpenting bagi seorang pengusaha muslim adalah selalu berikhtiar dan bersandar kepada Allah SWT. Meminta doa kepadanya agar segala usaha yang dilakukan membuahkan hasil yang memuaskan. Allah SWT sudah menjanjikan nikmat dan rahmat bagi hambanya yang terus berusaha.
“…Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).
Demikian penjelasan bagaimana Rasulullah ﷺ melakukan kegiatan bisnis yang mencerminkan nilai-nilai Islam, mengedepankan kejujuran dan keadilan. Tentunya pelajaran dan hikmah bisa kita ambil dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kegiatan bermuamalah dan berbisnis.
Ingin menjadi bagian dalam memajukan kesejahteraan masyarakat melalui ekosistem yang menerapkan prinsip-prinsip syariah yang diajarkan Rasulullah ﷺ?
Ikut serta dalam menciptakan dampak positif dengan mendanai UMKM halal Indonesia melalui platform pendanaan ALAMI P2P Funding Syariah.
Hingga saat ini, ALAMI telah mendanai lebih dari 10.000 proyek UMKM di seluruh Indonesia, membantu menciptakan ribuan pekerjaan formal dan informal.
Unduh aplikasi ALAMI P2P Funding dengan mengklik tombol di bawah ini!