Jika mendengar nama sandwich yang ada di benak kamu pasti adalah jenis makanan yang berbahan dasar roti yang kemudian ditumpuk dengan daging, sayran, dan isian lainnya. Tapi tahukah kamu apa itu generasi sandwich? Istilah generasi sandwich dikaitkan dengan keadaan seseorang atau generasi di mana memiliki beban hidup yang sangat berat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Istilah ini mulai populer beberapa tahun ke belakang. Namun sebenarnya istilah ini sudah diperkenalkan sejak tahun 1981. Dikutip dari website sikapiuangmu OJK, istilah generasi sandwich diperkenalkan pertama kali oleh Profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat bernama Dorothy A. Miller.
Generasi sandwich adalah generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup 3 generasi yaitu orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya. Kondisi tersebut dianalogikan seperti sandwich di mana sepotong daging terhimpit oleh 2 buah roti. Roti tersebut diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak (generasi bawah), sedangkan isi utama sandwich berupa daging, mayonnaise, dan saus yang terhimpit oleh roti diibaratkan bagai diri sendiri.
Banyak faktor yang melatarbelakanginya, namun pada umumnya ini terjadi karena kegagalan finansial orang tua atau tidak adanya perencanaan finansial orang tua terhadap anaknya. Biasanya generasi sandwich timbul dari orang tua yang tidak memiliki perencanaan finansial yang baik untuk masa tuanya dan akan berpotensi besar untuk membuat sang anak menjadi generasi sandwich berikutnya. Selanjutnya sang anak akan mengikuti jejak orang tuanya kelak sebagai orang tua yang tidak mandiri di masa tuanya, dan pada akhirnya berlanjut begitu seterusnya.
Tapi apakah menjadi seorang generasi sandwich sesuatu yang membuat dirimu malu? Meski menanggung berat beban hidup orang tua dan keluarga, selalu bisa diambil hikmahnya dan berkahnya. Ternyata Islam memiliki perspektif tersendiri terkait Generasi Sandwich!
Jenis-jenis Generasi Sandwich
Berikut adalah tiga jenis generasi sandwich;
- The Traditional Sandwich Generation; yaitu seseorang yang berusia 40-50 tahun, terhimpit untuk mengurusi orang berusia lanjut dan anak-anak yang masih membutuhkan bantuan finansial.
- The Club Sandwich Generation; yaitu orang seseorang yang berusia 30-60 tahun, terhimpit antara orangtua dan anak, serta cucu (jika sudah punya) atau nenek/kakek.
- The Open Faced Sandwich Generation; yaitu siapa pun (yang tidak profesional) yang terlibat dalam perawatan lansia.
Cara Memutus Generasi Sandwich
- Catat keuangan
Mencatat arus kas, mulai dari pemasukan dan pengeluaran. Terdengar sepele, tapi catatan ini membantu kamu nge-track keuangan tiap bulan. Nantinya, dari catatan ini kamu bisa melihat, kira-kira ada nggak ya keperluan yang budget-nya bisa dikurangi. Atau ada nggak ya keperluan yang bisa dihilangkan. Misalnya, budget makan siang di kantor ternyata lumayan besar. Kayaknya bisa bawa bekal dari rumah aja biar lebih hemat. Mencatat keuangan bisa dengan berbagai cara. Bisa ditulis di buku, bisa juga di Ms. Excel atau Spreadsheet. Kalau mau yang lebih praktis lagi, sekarang ada banyak aplikasi untuk mencatat keuangan. Pilih saja mana yang paling sesuai buat kamu.
- Menyiapkan program pensiun
Kebutuhan hidup akan terus ada meskipun kamu sudah tua. Sayangnya, ketika lansia, nggak cuma fisik yang menua, tapi produktivitas secara ekonomi juga. Cara agar bisa hidup cukup saat tua adalah punya dana pensiun. Kamu yang umurnya masih 20-30 tahunan mungkin ngerasa masa lansia tuh masih lama. Tapi apa salahnya menyiapkan masa tua yang bahagia dari sekarang, kan?
- Kelola penghasilan dengan bijak
Kamu bisa pakai rumus 50/30/20 atau 40/30/20/10 untuk mengelola gaji. Rumus-rumus ini membagi penghasilan ke dalam beberapa kategori. 50% untuk kebutuhan seperti makan, tagihan listrik, belanja bulanan, dan lainnya. 30%nya untuk keinginan dan hiburan biar nggak terlalu stres. Dan 20%nya untuk ditabung. Atau rumus 40/30/20/10. 40% untuk kebutuhan, 30% untuk cicilan, 20% ditabung, dan 10% untuk kebaikan.
- Menambah sumber penghasilan
Untuk memperbaiki kondisi keuangan, kamu juga bisa menambah sumber penghasilan. Kalau awalnya sumber pendapatan hanya dari gaji, mungkin kamu bisa coba buka bisnis, atau punya side job yang bisa menambah penghasilan.
Biar nggak terasa berat, penghasilan tambahan ini bisa dimulai dari hobi yang mungkin bisa menghasilkan. Misalnya, kamu hobi fotografi, bisa mengambil side job buat foto di weekend. Atau punya hobi masak, terus jualan dessert box, atau buka usaha catering, misalnya. Kalau kamu seorang pekerja, bisa pakai sistem pre order alias PO di Senin-Jumat, terus jualan di Sabtu-Minggu. Untuk menjadikan hobi menjadi sumber penghasilan tambahanmu, kamu bisa membaca artikel lainnya yang berjudul 6 Cara untuk Membuat Hobi Menghasilkan Cuan. Setelah punya penghasilan tambahan dan kondisi keuangan jadi lebih baik, usahakan kamu jangan boros.
- Bicara dengan anggota keluarga
Ada beberapa di antara kamu pasti yang masih belum terbiasa membicarakan keuangan dengan keluarga. Karena takut berakhir canggung. Tapi, biar nggak memberatkan kamu, hal ini harus dibicarakan. Kalau punya saudara, ajak mereka untuk ikut menanggung kebutuhan finansial orang tua. Biar terasa lebih ringan. Tapi, kalau kamu anak tunggal, coba ngomong ke orang tua. Beritahu kemampuan finansial kamu dan juga kebutuhan yang harus kamu tanggung.
Kuncinya adalah, jangan memaksakan menanggung kebutuhan orang tua di luar batas kemampuanmu. Apalagi sampai berutang. Makin nambah lagi beban finansial karena punya cicilan utang di bank. Coba terbuka aja, biar orang tua kamu mengerti dan nggak salah paham menganggap kamu pelit atau nggak mau mengurus mereka.
- Punya asuransi kesehatan
Makin tua, kekuatan tubuh akan menurun dan lebih gampang sakit. Apalagi kalau pas muda jarang olahraga dan jajan junk food terus. Makin hari, biaya kesehatan makin mahal. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin juga mengatakan bahwa kenaikan biaya kesehatan lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi tahunan. Tentunya ini memberatkan semua orang.
Generasi Sandwich Menurut Pandangan Islam
Meski terdengar menjadi sesuatu hal yang negatif untuk keberlangsungan hidup di masa depan, munculnya generasi sandwich ini memiliki hikmah tersendiri di dalam pandangan Islam. Menanggung beban orang tua dan keluarga bisa dipetik sisi baiknya dan bahkan menjadi berkah bagi kehidupan kamu.
Jika kamu saat ini sedang mengalami menjadi generasi sandwich, inilah momen bagi kamu untuk berbakti kepada kedua orang tuamu atau amalan ini disebut dengan istilah birrul walidain. Menanggung beban keluarga (orang tua, anak dan istri) sebetulnya disebut dengan bersedekah dan memiliki keutamaan yang sangat besar di sisi Allah SWT.
Di dalam sebuah hadis dari Salman bin Amir RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya satu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua, pahala sedekah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan,” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Lalu apa yang harus dilakukan ketika kamu sudah “terjebak” sebagai generasi sandwich?
- Jangan menganggap bahwa semua perbuatan harus dihargai dari sisi materi, lihat juga aspek keberkahan
- TIdak Berorientasi pada duniawi tapi juga melihat akhirat sebagai tujuan
- Tidak merasa malu kalau menanggung hidup orang tua sebagai beban
- Banga sebagai Genarasi Sandwich
Nah, bagi kamu yang belum mengalami generasi sandwich ayo persiapkan masa tuamu atau pendidikan anak-anakmu mulai dari sekarang. Salah satu contoh yang paling mudah mempersiapkan finansial masa depan adalah dengan menabung. Namun, jangan pula asal menabung saja di bank. Tentunya uangmu tak akan berkembang dengan cepat.
Ingin uangmu semakin berkembang? Ayo ikutan pendanaan di P2P Lending Syariah ALAMI. Ikuti pendanaan di ALAMI, insyaallah kamu akan mendapatkan ujrah atau imbal hasil setara dengan 14%-16% p.a. Ayo segera daftar dan ikuti pendanaan di ALAMI. Unduh aplikasinya di