Setiap jenis instrumen investasi pasti memiliki risikonya masing-masing. Hanya saja yang membedakan adalah tingkat risiko itu sendiri. Tetapi, risiko juga berbanding lurus dengan keuntungan atau imbal hasil yang kita dapatkan dari setiap investasi.
Jika semakin besar risiko yang akan dihadapi dari sebuah investasi, maka semakin besar juga imbal hasil yang akan kita dapatkan. Begitupun sebaliknya.
Jenis Risiko
Secara umum kita harus memahami beberapa jenis risiko investasi. Berikut adalah beberapa risiko investasi yang umum terjadi:
1. Risiko Pasar
Risiko pasar terkait dengan fluktuasi harga aset atau saham di pasar. Risiko ini terkait dengan volatilitas pasar dan gejolak ekonomi global, dan dapat berdampak negatif pada nilai investasi.
2. Risiko Inflasi
Risiko inflasi terkait dengan kenaikan harga barang dan jasa yang mungkin berdampak negatif pada nilai uang yang diinvestasikan. Risiko ini terkait dengan kenaikan biaya hidup dan inflasi yang tidak terkendali.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terkait dengan kemampuan menjual atau mengubah investasi menjadi uang tunai pada waktu yang diinginkan. Risiko ini lebih umum terjadi pada investasi yang sulit dijual atau membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan kembali modal.
4. Risiko Gagal Bayar
Risiko gagal bayar terkait dengan kemungkinan pihak yang diberikan pendanaan gagal membayar kembali dananya atau mengalami kebangkrutan.
5. Risiko Sistemik
Risiko sistemik terkait dengan krisis ekonomi atau perubahan sistemik yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko ini dapat berdampak negatif pada semua jenis investasi.
Mempertimbangkan risiko-risiko ini dalam melakukan investasi sangatlah penting. Seseorang yang ingin mengembangkan keuangannya harus melakukan penilaian risiko dan mengelola risiko dengan baik untuk meminimalkan kerugian investasi dan memaksimalkan keuntungan.
Manajemen Risiko
Ada 4 manajemen risiko yang bisa dilakukan setiap orang dalam berinvestasi:
1. Penetapan Konteks
Penetapan konteks risiko diibaratkan sebagai sebuah kegiatan yang terbilang aman tetapi pasti kegiatan tersebut ada risikonya. Misalnya, orang yang berjalan kaki menuju suatu tempat. Kita ketahui kegiatan berjalan kaki adalah sesuatu hal yang menyehatkan badan.
2. Identifikasi Risiko
Mengidentifikasi risiko yang akan kita hadapi dalam sebuah investasi. Apa pun investasi yang dilakukan, pastinya ada risikonya, baik itu besar atau kecil.
3. Analisa Risiko
Dalam berinvestasi selain mengidentifikasi risiko, perlu juga dianalisa risiko yang akan dihadapi jika itu terjadi. Apakah investasi yang akan kita lakukan itu memiliki risiko kecil atau risiko besar, bahkan bisa mengancam keadaan keuangan kita jika terjadi hal yang tidak diinginkan
4. Evaluasi Risiko
Risiko apa yang paling besar dihadapi pada saat berinvestasi. Jadikan hal itu menjadi risiko utama yang harus diperhatikan.
5. Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko yakni mengatasi risiko untuk meminimalisir hal yang terburuk.
Risiko Pengembangan Dana di Platform P2P
Sekian banyak instrumen investasi dengan berbagai macam jenis risikonya. Ada yang dengan risiko tinggi tetapi menghasilkan imbal hasil yang besar, risiko yang kecil dengan imbal hasil yang kecil juga, dan ada juga risiko moderat tetapi dengan imbal hasil lumayan bersaing, tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar.
Bagi kamu yang memiliki profil risiko jenis ini, ada beberapa instrumen yang cocok untuk kamu. Salah satunya adalah mengembangkan keuangan Peer to Peer (P2P) Funding.
Pengembangan keuangan di platform P2P ini, dari segi risiko tidak terlalu tinggi juga tapi dari return atau imbal hasil terbilang cukup besar juga.
Meskipun terbilang moderat, kita juga perlu mengetahui apa saja risiko pengembangan keuangan di P2P. Berikut ini beberapa risiko yang perlu kamu ketahui:
1. Menunggu Waktu Pendanaan Dimulai
Di platform P2P ada waktu kurang lebih selama 30 hari kepada penerima pendanaan untuk mendapatkan pendanaan. Pendana bisa saja memberikan dananya dari hari pertama tetapi target pendanaan terisi setelah 30 hari.
Hal ini merupakan risiko karena ada waktu dana “menganggur”. Akan tetapi di sisi lain, apabila terlambat mendanai di peluang tersebut, ada juga risiko kehilangan peluang (opportunity cost) karena target pinjaman ternyata dapat terpenuhi secara cepat.
2. Dana Tidak Likuid
Saat seorang pendana di platform P2P dengan tenor pendanaan sudah berjalan, maka dana tersebut tidak dapat ditarik sampai dikembalikan sesuai tenor. Rata-rata tenor pengembalian dana berkisar antara 3 sampai 6 bulan.
3. Terlambat Kembalikan Dana
Pelaku UMKM yang menerima pendanaanmelalui platform P2P Lending bisa saja terlambat melakukan pembayaran atau pengembalian dana. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal termasuk belum dibayarnya pelaku UMKM oleh kliennya (payor) atau ada masalah lainnya.
4. Gagal Bayar
Risiko ini merupakan risiko terbesar dari sebuah platform P2P lending. Pernerima pendanaan mungkin saja tidak bisa mengembalikan dana karena berbagai hal. Bisa saja UMKM yang mengalami kebangkrutan karena kurang lihai dalam menjalankan usahanya.
Nah, demikian pembahasan mengenai risiko investasi khususnya risiko pengembangan keuangan di platform P2P Funding Syariah ALAMI. Untuk lebih memahami bagaimana mitigasi risikonya, kamu bisa membaca artikel sebelumnya yang berjudul Ini 7 Cara ALAMI Lakukan Mitigasi Risiko Pembiayaan
Kembangkan danamu lebih baik dengan imbal hasil atau ujrah setara dengan 14%-15% pa di P2P Funding Syariah ALAMI. Danamu akan dikembangkan dan disalurkan ke UMKM yang sedang berkembang dan membutuhkan pembiayaan untuk menjalankan usahanya.
Segera danai dan kembangkan aset dan danamu di ALAMI, unduh aplikasinya di